38 Puisi Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia #4
38 Puisi Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia #4
Source: kozio.com
Karawang Bekasi
karya: Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
***
Membalas Jasa Sang Pahlawan
Kau Pahlawan yang berani
Mengorbankan diri untuk kami
Masa ingin membalas jasamu ingin kujalani
Tetapi…
Tidak ada satu carapun yang kudapatkan
Wahai Pahlawanku…
Dirimu yang berjasa kepada diriku
Diriku yang lemah tak berdaya untuk membalas jasamu
Membalas jasamu adalah impianku.
Ingin ku membalasnya dengan cara apapun itu
***
Sebuah Goresan
Angin berhembus dengan kencang
Melambaikan sebuah harapan
Tuk kita jadikan kesempatan
Mengubah diri untuk berperan
Sebuah goresan
Kita tanamkan
Kita bakatkan
Kita kreasikan
Kita Wujudkan
Seolah-olah kita adalah senapan
Yang siap meluncur
Membasmi semua yang menghadang.
Sebuah Goresan
Kita butuhkan
Tuk merubah sesuatu yang gamang
Bangkitlah..!!
***
Puisi Pahlawan Kemerdekaan
Pemuda Untuk perubahan
Indonesiaku menangis
Bahkan Tercabik-cabik
Dengan hebatnya pengusaanya sang korupsi
Tak peduli rakyat menangis
Kesejahteraan jadi Angan-angan
Keadilan hanyalah Khayalan
Kemerdekaan telah terjajah
Yang tinggal hanya kebodohan
Indonesiaku, Indonesia kita bersama
Jangan hanya tinggal diam kawan
Mari kita bersatu ambil peranan
Sebagai pemuda untuk perubahan
Puisi pahlawan Karya Ananda Rezky Wibowo
***
Pahlawan Tak Dikenal
puisi pahlawan karya: Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.
***
Pembela Bangsa
Setiap detik kau berjuang
Membela Bangsa dengan tenang
Tak kenal waktuu siang dan malam
Membelah bumi dengan sebelah tangan
Oh..Pahlawanku
Tak bias ku balas jasa-jasamu
Halangan apapun yang ada
Tak menjadi tembong penghalang bagimu
Oh.. Pahlawanku
Iningku balas jasamu
Dengan Emas dan Permata
Terimakasih Pahlawanku
***
Di Balik Seruan Pahlawan
Kabut…
Dalam kenangan pergolakan pertiwi
Mendung…
Bertandakah hujan deras
Membanjiri rasa yang haus kemerdekaan
Dia yang semua yang ada menunggu keputusan Sakral
Serbu…
Merdeka atau mati Allahu Akbar
Titahmu terdengar kian merasuk dalam jiwa
Dalam serbuan bambu runcing menyatu
Engkau teruskan Menyebut Ayat-ayat suci
Engkau teriakkan semangat juang demi negri
Engkau relakan terkasih menahan tepaan belati
Untuk ibu pertiwi
Kini kau lihat…
Merah hitam tanah kelahiranmu
Pertumpahan darah para penjajah keji
Gemelutmu tak kunjung sia
Lindunganya selalu di hatimu
Untuk kemerdekaan Indonesia Abadi
Puisi pahlawan Karya Zshara Aurora
***
Lagu Seorang Gerilya
Puisi Pahlawan karya: W.S Rendra
Engkau melayang jauh, kekasihku
Engkau mandi cahaya matahari
Aku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka.
Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
engkau berkudung selendang katun di kepalamu
Engkau menjadi suatu keindahan,
sementara dari jauh,
resimen tank penindas terdengar menderu.
Malam bermandi cahaya matahari,
kehijauan menyelimuti medan perang yang membara.
Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku,
engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu.
Peluruku habis
dan darah muncrat dari dadaku.
Maka di saat seperti itu,
kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
bersama kakek-kakekku yang telah gugur
di dalam berjuang membela rakyat jelata
***
Pahlawan Baru
Tegap ku berdiri di bawah sangsaka.
Tengadah ku di bawah kibaran bendera.
Lamun ku seakan mengelabuhi waktu.
Mengenang jasa mu di masa lalu.
Dia yang selalu memeluk senapang.
Sontak berlari dengan kaki telanjang.
Keringat dan debu saling membaur.
Berdiri menantang di medan tempur.
Dia yang rebah terbujur kaku.
Mengucur darah oleh tembusan peluru.
Dalam bisikan seraya berkata.
Merdeka!!!
Dia telah gugur..
Pahlawan ku telah gugur.
Semesta berduka oleh karna mu.
Berjuta do’a menyertai mu.
Kini aku disini..
Di tempat ku berdiri.
Ku penuhi harapan mu untuk negeri.
Dengan semangat yang menggebu.
Bulat sudah tekad ku.
Menjadi pahlawan baru.
***
Catatan di Pojok Taman
Puisi Pahlawan karya: Ahmadun Yosi Herfanda
Kepada pahlawan tak dikenal
kini kau berlayar sendirian
di lautan kelam tanpa karang
menuju pelabuhan seberang
untuk tidur di pangkuan tuhan
(sebutir peluru telah merenggut jantungmu
ketika kau nekat melindungiku
dalam penyerbuan ke benteng itu
di pangkuanku kau tinggalkan jasadmu
sebelum sempat kau sebut namamu
asal dan induk pasukanmu
kecuali seberkas senyum keikhlasan)
lukamu kini tak dapat kuraba lagi
karena dagingmu telah kembali ke asal
tinggal cahaya putih cintamu
membekas dalam di kalbu
***