Puisi Ibu Sedih Menyentuh Hati: Terima Kasih atas Cinta dan Pengorbananmu #2
Puisi Ibu Sedih Menyentuh Hati: Terima Kasih atas Cinta dan Pengorbananmu #2
Source : titikdua.net
Kamu adalah malaikatku
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Wanita baik berhati baja
Wanita yang hidupnya hanya untuk kami.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Aku lahir dari rahimmu
Keluar dari jasadmu.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Wanita yang ada disetiap malamku
Mendoakan malamku.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Saat aku tersenyum kau ada
Saat aku menangis kau juga ada.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Dari merah aku sudah merasa cintamu
Cintamu untukku yang membuatmu berani.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Engkau berani raib untukku
Engkau mau berkorban nyawa untukku anakmu ini.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Seorang hawa yang tuhan kirim untuk menjagaku
Engkau tiada putih juga tiada sayap.
(Oleh: Rayhandi)
Bunda Airmata
Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kali pun untuk membuat Tuhan
naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis, para malaikat menjelma
butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar di airmata ibunda
membuat para malaikat itu silau dan marah
kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala
menutup pintu sorga bagimu.
(Oleh: M.H. Ainun Najib)
Bulan untuk Ibu
Ibu, di tubuhmu yang tabu untuk kusentuh
Kulabuhkan ingatan keparat dan menyesakkan
demi sebait puisi yang menjadikan engkau bulan
Akan bangkit gairah yang runtuh
Meski ajal dan kepulangan terlanjur sudah dijanjikan
Tungku-tungku telah dinyalakan
Kutu-kutu telah ditindas
dari rambut. Sagu-sagu telah di tebang
dari lahan gambut. Susu-susu sudah di peras
dari setiap daging yang tumbuh
Padi-padi telah ditumbuk
dari lumbung dan lesung
Lalu, apalagikah yang belum genap
dari tubuhmu, Ibu?
Di tubuhmu bersarang seluruh
rangrang dan burung-burung
luruh sayap. Pisau tak bersarung
Alu yang berderap. Pun sepatu dan debu
Bumbu-bumbu dan warung kopi
penuh cakap
tapi tidak tentang kepulangan ! Biarlah, Ibu,
kepulangan menjadi milikku seseorang,
milik ajal dan gairah tak tertahankan
Agar bangkeit segala yang runtuh,
Hingga tubuhmu tak lagi tabu aku sentuh
dengan tangan panjang kenanganku
Begitulah Ibu, tuubuhmu menjelma jadi sepotong labu
dalam arus pikiranku
hijau, telanjang, berlumut, terapung hanyut
ke laut pengembara
Maka di ujung puisi ini, sebelum turun hujan
Kujadikan engkau bulan.
(Oleh: Raudal Tanjung Banua)
Ibu
Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan
Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan
Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat
dan menjaganya tanpa henti
Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang susuk Ibu
Matahari ada lah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannyadengan
pancaran panasnya
Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari
meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-
burung dan anak-anak sungai
Dan bumi adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bungan menjadi ibu yang baik
bagi buah-buahan dan biji-bijian
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh
dengan keindahan dan cinta.
(Oleh: Khalil Gibran)
Puisi Ibu
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia obati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu
Ibu…
Aku sayang padamu….
Tuhanku….
Aku bermohon pada-Mu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya…
(Oleh: Chairil Anwar)
Sajak Ibu
Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
Mengubah rasa sayur murah
menjadi sedap
Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
Kasih sayang Ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
Membangkitkan haru insan
dengan kebijakan
Ibu mengenalkan aku kepada Tuhan.
(Oleh: Widji Tukul)
Baca dan resapilah
Umur 5 tahun : Aku sayang ibu
Umur 12 Tahun : Ibu ketinggalan jaman
Umur 15 Tahun : Aku sudah besar Ibu.
Umur 17 Tahun : Aku membenci Ibu!!
Umur 20 Tahun : Aku tidak butuh saranmu Ibu.
Umur 25 Tahun : Mungkin Ibu bisa membantu.
Umur 35 Tahun : Aku ingin menemui Ibu 🙁
umur 50 Tahun : Aku harap Ibu masih berada disini :'(
Sayangi Ibumu, share tulisan ini jika kamu menyayangi ibumu 🙂
(Oleh: Rananda)
Aku ingin Bertemu Ibu
Di saat aku bermain air mata ini selalu kututupi dengan senyumanku dan saat itu pula sedihku tertancap dalam hatiku
Engkau ibu kandungku, kemanakah kau Ibu?
Mungkin sedikit waktu aku bertahan melupakanmu
Namun di setiap renungku wajah lamamu kembali tersenyum di otakku
Mengapa kalian berpisah? Di saat aku haus akan kasih yang tulus
Mengapa ayah tak mengerti perasaanku
Perasaan yang tak ingin lepas dari buaian seorang ibu
Tapi entahlah, kupikir Ibu hanya ada di masa lalu
masa yang sekarang hanya ada rindu dan kerinduan.
Mungkinkah kku bisa menemukanmu Ibu?
Jikalau terjadi aku akan memelukmu.. walau nyawa ini lepas aku akan tetap memelukmu Ibu
*Beruntunglah kita yang masih memiliki Ibu.
Jangan buat dia menangis
(Oleh: Rananda)
Derita Ibu
Ibu..
dulu pernah aku sakiti hatimu
karen aku anggap kau tak sayang padaku.
ibu..
sempat aku iri pada temanku
karen aku merasa kasih sayang darimu tidak pernah buat untukku
ibu…
makianmu saat aku melakukan kesalahan
amarahmu saat aku tak mendengarkan nasehat darimu
pukulan dan tamparan sering kali melayang,jika
emosimu datang.
ibu…
kini aku sudah menjadi seorang ibu.
kini aku tahu betapa sakitnya jika nasehat kita tidak
pernah di anggap oleh anak kita,,
ibu..
kini aku paham
kini aku mengerti
kenapa kau dulu didik aku begitu kerasnya
karena aku tahu.. kau menginginkan aku menjadi
wanita yang tegar dan kuat menjalani hidup
ibu…
kini aku hanya bisa menyesal
belum Sempat aku membalas jasa
tapi kau sudah dipanggil oleh sang kuasa..
maaf kan aku ibu.. deritamu dulu kini telah aku rasakan semenjak aku sudah menjadi seorang ibu.
Aku cinta Ibu
Ibu..
Kupejamkan mata di balik sunyinya malam..
Menenangkn jiwa yang selama ini meronta..
Coba untuk merasakan apa yang tak pernah kurasa..
Memikirkan yang selama ini sempat terlupa..
Ibu..
Kata itu yang terlintas di benakku..
Menyita seluruh perhatian alam pikiranku..
Membawa sisi ke masa lalu..
Terjebak oleh dimensi waktu..
Ibu..
Kau bintang yang menerangi di kala kesunyian..
Laksana embun pagi yang menyejukkan..
Bagaikan semilir angin yang memberi harapan..
Seumpama mentari yang selalu menghangatkan..
Ibu..
Mungkin ku tak bisa membalas semua cintamu..
Meski kuraih jutaan bintang bertaburan di langit tua..
But.. Just this that I Can Say for You..
Mom, I Love U forever..
(Oleh: Da_LizZ)
Selembar puisi untukmu, Ibu
Dentang nafasmu menyeruak
hari hingga senja
Tak ada lelah menggores
di wajah ayumu
Tak ada sesal kala semua harus kau lalui
Langkah itu terus berjalan untuk kami
Dua bidadari kecilmu
Desah mimpimu berlari
mengejar bintang
Berharap kami menjadi mutiara terindahmu
Dalam semua peran yang kau mainkan di bumi
Ini peran terbaikmu
Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami
Mengurai senyum disetiap perjalanan kami
Mendera doa disetiap detik nafas kami
Ibu…
kau berlian dihati kami
Relung hatimu begitu indah
Hingga kami tak sanggup menggapai dalamnya
Derai air matamu menguntai sebuah harap
Di setiap sholat malammu
Ibu…
Kami hanya ingin menjadi
sebuah impian untukmu
Membopong semua mimpimu
dalam pundak kami
Ibu…
Jangan benci kami
jika kami membuatmu menangis.
(Oleh: Rananda)
Terima kasih Ibu
Tiap-tiap kasih yang kau hujani
Yang bahkan hujan pun tak mampu menandingi
Luas tak berbatas cintamu
Yang bahkan langit pun tak juga mampu menandingi luasnya cintamu
Terdalamnya seluruh sayangmu. Yang juga bahkan laut, bahkan samudra tak juga mampu menandingi dalamnya sayangmu..
Tertiap ku terjatuh, tertiap ku terpukul oleh kerasnya palu dunia.
Kau mampu membangkitkanku kembali dengan kasihmu..
Juga saat aku terlarut, aku tertipu oleh kasih cinta yang sementara di dunia.
Kau juga mampu menyambungkan kembali semangatku yang telah terputus dengan lembutnya cintamu..
Tak mengingat seberapa hancurnya diriku,
tak peduli seberapa dalamnya ku terjatuh,
kau datang dan datang kembali dengan sayap kasih cinta, kasih sayang disetiap sentuhan jemari jemari lembutmu..
Tak pernah bisa ku balas semua kasih sayang juga cintamu,
meski kuterbalikkan dunia, meski kugenggam dunia di tanganku dan kuberikan kepadamu
itu masih jauh dan jauh dari semua jasamu
“Terima kasih Ibu”,
hanya kata sederhana itu yang bisa kuberikan untukmu dari orang tak berguna sepertiku
Terima kasih telah merawatku, telah membimbingku, telah menyelimutiku dengan sayap kasihmu.
(Oleh: Rananda)
Senja usiamu, Ibu
Masih berpijak..
Di antara kerasnya bebatuan dunia..
Engkau lawan dengan cahaya..
Walau perih, tetap mampu berdiri..
Engkau berhenti bertasbih..
Di sela-sela amarah bumi..
Dan amukan alam dalam tubuh..
Dan kutepis dengan rindu..
Dan kau lawan dengan peluru..
Namun ragamu tetap rapuh, ibu..
Meski keringat telah menyeru..
Untuk melawan api berabu..
Kau tetap wanita di antara debu..
Yang suci oleh Firman Tuhan..
Walau mereka sering tak menganggap..
Walau mereka membunuhmu perlahan..
Ibu engkau selalu terkenang..
Pahlawan dengan penuh kasih sayang..
(Oleh: Da_LizZ)
Tangisan mata Bunda
Dalam senyummu kau sembunyikan letihmu..
Derita siang dan malam menimpamu..
Tak sedetik pun menghentikan langkahmu..
Untuk bisa Memberi harapan baru bagiku..
Seonggok cacian selalu menghampirimu..
Secerah hinaan tak perduli bagimu..
Selalu kau teruskan langkah untuk masa depanku..
Mencari harapan baru lagi bagi anakmu..
Bukan setumpuk emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku..
Bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku..
Bukan juga sebatang perunggu dalam kemenanganku..
Tapi keinginan hatimu membahagiakan aku..
Dan yang selalu kau berkata padaku..
Aku menyayangimu sekarang dan waktu aku tak lagi bersamamu..
Aku menyayangimu anakku dengan ketulusan hatiku..
(Oleh: Da_LizZ)
Renungan buat kita
“IBU” selalu cerewet
Pernahkah kita ngomel waktu dia cerewet?
jawab: Pernah.
Pernahkah kita cuekin dia?
jawab: Pernah.
Pernahkah kita mikir apa yang dia pikirkan?
jawab: gak.
Sebenarnya apa yang dia pikirkan?
jawab: takut.
yaitu: takut ga bisa liat kita senyum, nangis,
ketawa dan takut ga bisa ngajar kita lagi
karena waktu yang singkat.
Saat “Ibu” menutup mata, gak ada lagi yang cerewet.
Saat kita nangis manggil-manggil dia.
Apa yang dia balas?
Dia hanya berbaring dan cuma diam.
Tapi bayangannya tetap disamping kita dan berkata:
“Nak kau jangan nangis ibu masih disini, di hati kecilmu, ibu sayang kamu”…
(Oleh: Untatha)
Ingatkah kamu?
Ingatkah kamu
Ketika kita lapar, tangan ibu yang menyuapi.
Ketika kita haus, tangan ibu yang memberi minuman.
Ketika kita menangis, tangan ibu yang mengusap air mata.
Ketika kita gembira, tangan ibu yang menadah syukur, memeluk kita erat dengan deraian air mata bahagia.
Ketika kita mandi, tangan ibu yang meratakan air ke seluruh badan, membersihkan segala kotoran.
Ketika kita dilanda masalah, tangan ibu yang membelai duka sambil berkata, “Sabar nak, sabar ya sayang.”
Namun…
Ketika ibu sudah tua dan kelaparan, tiada tangan dari anak yang menyuapi. Dengan tangan yang gemetar, ibu menyuapkan sendiri makanan ke mulutnya dengan linangan air mata.
Ketika ibu sakit, dimana tangan anak yang ibu harapkan dapat merawat ibu yang sedang sakit?
Ketika nyawa ibu terpisah dari jasad.
Ketika jenazah ibu hendak dimandikan, dimana tangan anak yang ibu harapkan untuk menyirami jenazah ibu untuk terakhir kali.
Tangan ibu, tangan ajaib. Sentuhan ibu, sentuhan kasih. Dapat membawa Kita ke Surga Firdaus.
Puisi seorang anak untuk Ibu
Aku berangkat sekarang untuk membantai lawan
Untuk berjuang dalam pertempuran.
Aku berangkat, Bu, dengarlah aku pergi
Doakanlah agar aku berhasil.
Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang.
Merebut kemenangan di mana pun adanya.
Aku akan pergi, Bu, janganlah menangis
Biar kucari jalanku sendiri.
Aku ingin melihat, menyentuh, dan mendengar
Meskipun ada bahaya, ada rasa takut.
Aku akan tersenyum dan menghapus air mata
Biar kuutarakan pikiranku.
Aku pergi mencari duniaku, cita-citaku
Memahat tempatku, menjahit kainku
Ingatlah, saat aku melayari sungaiku
Aku mencintaimu, di sepanjang jalanku.
(Oleh: Da_LizZ)
***
Ibu,
Bolehkan aku merayu?
Aku ingin berbaring di pangkuanmu,
Mengadu tentang hari-hari lelahku,
Tentang kerasnya dunia,
Yang tak seteduh kasihmu,
Dan ingin ku pertanyakan,
Mengapa di luar sana,
Tak pernah kutemukan keikhlasan,
Seperti keikhlasanmu padaku..
Ibu,
Ibuku sayang,
Acap kali ku lihat,
Orang-orang hanya sempat mencium ibunya sekali saja,
Saat jasad ibunya hendak dikebumikan,
Sungguh,
Aku tak ingin seperti itu..
Maka ijinkan aku,
Untuk menciummu setiap hari..
I LOVE YOU MOM
(Oleh: Da_LizZ)