Puisi Kemerdekaan Karya Santri Gontor: Merah Putih Suci

Puisi Kemerdekaan Karya Santri Gontor: Merah Putih Suci

Source : gontor.ac.id


Puisi Kemerdekaan: Kemerdekaan Merah Putih Suci

Oleh: Muhammad Ilham, Kelas 1 Intensif G, dari Kendal

Di Ufuk Timur

Tersiar semburat cahaya teratur

Goyangan suara menggelegar

Untuk mendorong batu terbesar

.

Semburan cairan merah

Keluar dari tubuh yang tak mau menyerah

Dengan teriakan menggelora

Dan semangat membara

.

Bola-bola bertebaran dimana-mana

Kayu berjari tak tahu menunjuk kemana

Aliran air mata bak sungai

Mereka menunggu pahlawan yang melindungi

.

Teriakan mereka menyebut negeri dan Ilahi

Untuk menunggu penantian yang lama sunyi

Suara mereka adalah hiasan

Perjuangan adalah makanan

.

Kami hanya membawa daun tajam

Tak gentar, tapi teriakan

Kami bergerak siang malam

Mereka hanya kelalaian dan kekerasan

.

Kami terus berjuang

Mereka dengan omongan dan goncangan

Akhirnya itu bukan hanya perkataan

Inilah hasil perjuangan

.

Kemerdekaan

Kami maju dan kami raih

Walau panas dan perih

Karena perjuangan, bukan lagi harapan

Karena perjuangan, menjadi tatapan

Merdeka

.

Cintai Negeri, Teguhkan Iman

Masduri, Kelas 3 intensif G, dari Madura

Gelagat doa bersandang pasrah

Kalam Lillah tertusuk utuh

Jantung musuh rapuh

Adakalanya sebuah pelita

Telah kami rapal pada Sumpah Pemuda

.

Cintai Negeri

Teguhkan Iman

.

17 Agustus 1945, tabayun doa

Kami hidang, syukur indah kami pampang

Ya, itu adalah hari membasuh duka

Indonesia merdeka

.

Lantas letih papas yang menggurat

Perih, mengusap pedih

Entah itu benci berlatar diksi

.

Adalah hikayat para penopang

Cinta, letupan doa ribuan jiwa

Adalah saksi mata

Memeluk negeri berhasrat kasih

.

Cintai Negeri

Teguhkan Iman

.

Negeri sunyi, utuh bersaput riuh

Beku lusuh kini telah rapuh

Tabayun doa tak berdosa, hampa

.

Kini aku menyusur setapak

hati bangkit, tanah julang

.

Puisi Kemerdekaan: Indonesia Merdeka, Suara Garuda

Oleh: Muhammad Rayza Fadilla, Kelas 6D, dari Banjarmasin

Merah putih membentang dari tanah sabang sampai laut merauke

Debur ombak melantun merdu dalam perjuangan

Ranah cinta tanah air menyelimuti kubur, batu nisan para pahlawan

75 tahun lalu waktu bersaksi atas darah dan air mata

Tombak mencegat, ruh-ruh garuda membara menghapuskan penjajahan

Tegaklah pusaka, menatap cakrawala, tembus di bumantara

Hingga 17 Agustus 1945 negriku berseru pada dunia “merdeka”

Senyumpun mengufuk di sepanjang sejarah bumiku

Negeri Garuda

.

Puisi Kemerdekaan: Inilah Saatnya

Bagun Luhur Prasetyo, Kelas 3-B, asal Cibubur

Detik-detik menegangkan

Mencetak sejarah yang tak terlupakan

Memperkenalakan ke seluruh dunia

“Inilah si merah putih, yang tlah ditunggu kehadirannya”

.

Selama beberapa detik

Dunia hening tak mendengarkan

Naskah yang sudah lama dinantikan

Yang menjadi bukti perjuangan para pahlawan

.

Ketika itu pula, para pendekar negeri berkata dalam hati

“Inilah saatnya”

Seakan telah terbayar semua tetesan air mat, keringat, maupun darrah

Karena memeng inilah alasan mereka berjuang dan berkorban

.

Selang beberapa menit

Si merah putih diperlihatkan kesucian dan keberaniannya

Tanpa rasa takut, rasa khawatir

Itulah… hakikatnya MERDEKA

.

Para pahlawan pun tak kuasa menahan air mata

Melihat awal mula dari apa yang mereka impika

Karena mereka mengetahui, MERDEKA itu bukan alasan menghentikan perjuangan

Tapi merupakan langkah baru bagi kaum merah putih tuk berkembang

.

Sejak hari itu, tak ada lagi rasa takut

Tak ada lagi rasa khawatir

Rakyat bebas kesana kemari

Bebas berkreasi dan berinovasi

.

Kan dikenang selamanya oleh dunia

Bahwa 17 Agustus 1945

Itulah kelahiran ibu pertiwi tercinta

Engkaulah Indonesia

75 Tahun sudah, kau berdiri…. Hingga selamanya

.

Indonesia Merdeka

Oleh: Naufal Kholish, Kelas 3 int B, asal Medan

Jiwa yang terbelenggu kini mengiprahkan wujudnya

Harta yang lama terpendam tak lagi menyembunyikan wadahnya

Hamparan kekayaan floratersebar di negeri 1000 budaya

Keindahan fauna begitu mempesona tertangkap olah mata

.

Hukum rimba terhapus sirna sudah

Setelah kibarnya sang merah putih

Islampun tak tergoyahkan sebagai

Lentera hidup untuk seluruh umat manusia

.

Pasang surut ekonomi terus dipacu

Melewati masa yang kelam

Pancasila memperkokoh persatuan

Ragam perbedaan mewarnai alam nusantara

.

Sirna sudah segenap gelap

Senandung tabuh pun berbunyi riuh

Bertanda rakyat bergembira atas suka dan duka

.

Huru hara bangsa tertulis lama dalam sejarah

Meratapi nasib yang melanglang buana entah kemana

Dan sekilas cahayapun kini bersinar mengarungi cakrawala

.

Inilah dia negeri yang kaya akan budaya

Kekayaan alam dan lautan yang melimpah

Atas karunia sang pencipta

Tanah yang kucinta, Indonesia merdeka.