Puisi Roman Picisan Tentang Kecewa
Puisi Roman Picisan Tentang Kecewa
“Rasaku menggelepar
Ketika pipi ini kamu tampar
Romansaku berduka
Disaat kamu pergi dengan dia
Kenapa kamu suruh aku pergi
Padahal kamu
Tempatku untuk kembali
Kemana lagi cintaku harus berpijak
Kalau kamu pergi
Tanpa meninggalkan jejak”
“Tuhan
Apakah ini mimpi
Bidadariku tidak inginkanku lagi
Tuhan
Apakah harapanku supaya sang purnama
Tidak pernah pergi terlalu tinggi
Aku hanya ingin cinta yang sederhana
Diriku hanya mau menjaga
Kebersamaan ini selamanya”
“Ini bukan sekedar pertolongan
Atau supaya di anggap pahlawan
Tapi harus aku coba yakinkan
Hasratku bukan cuma mainan”
“Kamu ada di dekatku
Bahkan aku bisa memelukmu
Namun jiwamu tidak aku rasakan
Hatimu juga tidak bisa aku dapatkan
Dingin…
Tatapanmu pun membeku
Perih aku rasa ketika kamu menolakku
Bidadari
Apakah ini akan berakhir
Akankah es kebencian di hatimu mulai mencari”
“Aku hanyalah manusia biasa
Diriku tidak sempurna
Aku pun berbuat dosa
Namun aku tetap berusaha
Supaya tidak ada
Kebohongan lagi
Dalam hubungan kita
Namun apa dayaku
Jika kejujuran kamu bilang dusta
Luluh lantak semua asaku
Jika ucapku tidak lagi dipercaya”
“Rasa apakah ini
Perih mengiris hatiku
Sakitnya menghujam jantungku
Wahai bidadari pemikat jiwaku
Tak prnah aku sangka
Begitu besarnya artimu
Tidak pernah aku kira
Diammu
Merampas bahagiaku”
“Cinta ini di injak-injak
Oleh mereka
Yang congkak dan tidak bijak
Aku sadar
Badai ini terlalu hebat
Sampai pertahanan cintaku
Hampir karam
Namun aku coba
Kalau cinta kami sempurna
Pasti kami mampu bertahan
Cinta kami tidak akan tengelam”
“Kamu
Ialah keindahan favoritku
Mataku senantiasa tertuju padamu
Menghindarimu..
Sungguh aku tidak mau
Namun aku paksa raga ini buat setuju
Meskipun rasaku menangis pilu”
“Ada apa dengan rasaku
Apakah cintaku mengaku kalah
Apakah sang pujangga telah menyerah
Aku tetap tidak tahu
Yang aku tahu aku merasa khawatir
Karena selalu aku saksikan air matamu ketika aku hadri
Hari ini
Aku putuskan untuk menyingkir
Supaya senyum di wajahmu kembali terukir”
Puisi Roman Picisan Tentang Ibu
“Ada banyak panggilanmu bunda, mama atau ibu
Satu yang pasti panggilan itu lebih mulia daripada ratu
Engkau rela tubuhmu sebagai pintu masuk kami ke dunia ini
Kau hancurkan egomu demi hadirkan tawa dibalik derai tangis
Engkau adalah pelangi dalam jiwaku
Kau adalah kehangatan disaat aku lelap di dalam pangkuanmu”
“Mak
Engkau peri dunia terindah
Cintamu tercurah
Kasih sayangmu melimpah
Pak
Engkau satria berkuda paling sakti
Pengorbanamu tidak terperi
Seluruh tenga engkau beri
Demi cemerlangnya masa depanku nanti
Terima kasih mak
Terimakasih pak”
“Terima kasih ya Allah
Atas semua nikmat
Rezeki dan karuniamu
Ya Allah
Hamba percaya
Tidak ada yang terjadi
Secara kebetulan
Semua ini atas kehendakmu
Dan izinmu ya Allah
Ya Allah
Aku serahkan segala langkah
Dalam hidupku padamu
Tuntulah hamba
Ke jalanmu yang benar
Lindungilah hamba
Dan semua orang
Yang hamba sayangi
Yakni mama, papa
Dan adik hamba yola
Dan wulandari”