Puisi Roman Picisan Rcti Terbaru

Puisi Roman Picisan Rcti Terbaru

Source : udfauzi.com

“Waktu terus berputar
Tetapi hatiku tak kunjung pintar
Kembali berdarah
Selalu bernanah
Ketika menghampiri penolakanmu
Setiap tidak dapat di sambutmu”

“Jangan tanyakan sedang apa aku hari ini sebab
Yang aku lakukan selalu sam, sedang mencintaimu,
Sedang mengharapkanmu, setiap hari”

“Cinta ini membuatku penakut
Aku takut terbang ke langit
Bila nanti dihempaskan tanpa pamit
Aku takut berenang
Bila nanti di buang tanpa kenangan
Kamu terlalu hebat untuk aku dapatkan
Kau terlalu semperuna untuk aku cinta
Sementara aku
Cuma seorang wanita biasa”

“Sakit raga ini masih bisa aku tangani
Namun kaau hati ini yang terlukai?
Aku hanya bisa senyum mensyukuri
Sesakit apapun badan ini
Akan kalah dengan secuil perih dihati
Inikah sakitnya patah hati?
Apa daya diriku ini
Akan ku tetap jalani semua ini
Dengan hati”

“Pokoknya beda ya, kita bangun
Scene lebih ke tatapan mata,
Perasaan sendiri. Disini ada
Puisi-puisinya, itu yang bikin beda”

“Di penghujung hari yang hampir hilang
Aku tetap menggengam rasaku,
Tanpa mempunyai kesimpulan tentang rasamu,
Hanya mampu ratapi rasaku
Dan mendoakan munculnya rasamu”

“Adakah rasa yang lebih menyakitkan dari hilangnya
Hak buat menyapamu? Adakah rindu yang lebih
Menyesakkan dari semua kebersamaan kita?”

“Elu jago matematika, gua jago sastra, semua orang
Punya keistimewaan masing-masing
Jadi, engak usah norak?”

“Hormatku untuk sangkala,
Romansaku untuk sang pencipta,
Terimakasih pada sang pencipta
Atas wulandari yang kau cipta”

“Kata orang di utara, mawar itu indah. Aku diam,
Kata orang di Selatan, lrissantemum lebih indah, aku diam,
Kata orang di Timur, melati paling indah. Aku diam,
Orang di utara, selatan, dan timur diam
Aku bilang, wulandari yang terindah”

“Seseorang berkata
Ada satu cara membuat wanita jatuh cinta
Yakni, berilah dia tertawa namun aku tidak pernah bisa karena
Ketika dia tertawa justru diriku yang semakin cinta”

“Aku pikir benci, ternyata aku peduli, aku rasa dendam,
Ternyata rasa terpendam, apa ini Cinta?”