Puisi Sahabat Karya Gus Mus
Puisi Sahabat Karya Gus Mus
Source : theinsidemag.com
“Selamat Tahun Baru Kawan”
by: Gus Mus
Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita
Menunduk memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan sebelum kita dihisab-Nya
Kawan, siapakah kita ini sebenarnya?
Muslimkah, mukmini, muttaqin,
Khalifah Allah, umat Muhammad kah kita?
Khairul ummatin kah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak perut dan kelamin
Iman kita kepada Allah dan yang ghaib
Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapapun tersiksa, kita khusyuk di depan masa
Dan tiba-tiba buas dan binal di saat sendiri bersama-Nya
Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug
Atau pernyataan setia pegawai rendahan saja
Kosong tak berdaya
Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu
Lebih cepat dari pada menghirup kopi
Panas dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak pemuda
Doa kita sesudahnya justru lebih serius,
Memohon enak di dunia dan bahagia di akhirat
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan dan minum
Dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat
Ketika datang rasa lapar atau haus
Kita manggut-manggut
Oh.. beginikah rasanya
Dan kita sudah merasa memikirkan
saudara-saudara kita yang melarat
Zakat kita pun jauh lebih berat terasa
dibanding tukan becak melapas penghasilannya
Untuk kupon undian yang sia-sia
Kalaupun keluarkan,
Harapanpun tanpa ukuran upaya Tuhan
menggantinya lipat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pegalaman spiritual dan material
Membuang uang kacil dan dosa besar
Lalu pulang membawa label suci asli made in Saudi “Haji”
Kawan, lalu bagaimana
dan seberapa lama kita justru sibuk menjalankan
tugas mengatur bumi seisinya
menyiasati dunia khalifahnya
Kawan, tak terasa kita semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah
Mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita memperkosa alam dan lingkungan
Demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,
Mengacau dan menipu demi keselamatan
Memukul, mencaci demi Pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata demi semua yang baik
Halallah sampai yang tidak baik
Lalu bagaimana para cendekiawan
Seniman, mbalighm dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi
Jangan ganggu mereka
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka di atas sana
Menikmati dan meratapi nasib
Dan persoalan mereka sendiri
Puisi Tentang Sahabat 3 Bait
Source : theinsidemag.com
Kepada Kawan
by: Ajip Rosidi
Apa sih kiranya yang mau kau cari?
Maka kau terjang segala penghalang
Dan kau abaikan segala nilai
Asal kau sendiri menang?
Apa sih kiraya yang mau kau dapat?
Maka kau tinggalkan semua sahabat
Pun orang di sekelilingmu
Kau anyam rapat pagar curiga
Kau kira di mana kau kan tiba
Bila hari sudah senja?
Ternyata tak ada tarian gemulai
Ataupun suara gamelan mengalun permai
Kemenangan-kemenanganmu selama ini
Telah melontarkanmu pada langit hampa