Puisi Tentang Persahabatan
Puisi Tentang Persahabatan
Source : theinsidemag.com
Ini adalah contoh 5 bait puisi tentang persahabatan yang sangat membuat hati meronta karena kesedihan melihat sahabat yang diam karena marah.
“Puisi Sahabat”
by: –
Tak mudah untuk mengungkapkannya dengan kata
Mungkin ini akan begitu melelahkan
Ini begitu membosankan
Bahkan, mungkin begitu menjengkelkan
Tubuh ini seolah beku bagai bongkahan salju
Dan entah kapan mencairnya itu
Benar sahabat,
Semua itu seolah sinar lampu
Di depan panggung yang tiada penonton
Menerangi diri ini kala dalam kegelapan
Bisu, ku terdiam
Tanpa senyum ataupun air mata
Bagiku ini begitu menyedihkan
Tetapi, mari kita ingat Bersama, sahabat
Kau tak sendiri
Kau tak pernah dan tak akan berdiri sendiri
Begitupun aku
Jika ingin pun perlu
Biarlah air matamu jatuh
Biarlah mulutmu berteriak keras kala hatimu memanas
Itu lebih baik bagiku
Daripada aku harus melihat kau terdiam kaku
Seolah seorang tanpa dialog
Puisi Sahabat Chairil Anwar
Source : theinsidemag.com
Chairil Anwar adalah seorang seniman dalam berpuisi yang karya-karyanya sangat epic jika dibacakan atau dihayati dengan baik.
Untuk itu, inilah sebuah contoh singkat puisi tentang sahabat karya chairil anwar yang berjudul Kepada Kawan.
“Kepada Kawan”
by: Chairil Anwar
Sebelum ajal mendekat dan berkhianat
Mencengkam dari belakang ketika kita tak melihat
Selama masih bergelombang dalam darah serta rasa
Belum bertugas kecewa dan gentar belum ada
Tidak lupa tiba-tiba bisa malam terbenam
Layar merah terkibar hilang dalam kelam
Kawan, mari kita putuskan kini di sini
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi..
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
Tembus jelajah dunia ini dan baikkan
Peluk kecup perempuan, tinggalkan kalau merayu
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan..
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat
Tak minta ampun atas segala dosa
Tak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi..
Mari kita putuskan sekali lagi
Ajal yang menarik kita kan merasa angkasa sepi
Sekali lagi kawan, sebaris lagi
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!
“Kawankan dan Aku”
Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan penghancur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat
Aku tumpah padat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali,
Hilag tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti