Puluhan Puisi Tentang Alam Keindahan Pegunungan Pedesaan dan Lingkungan #4
Puluhan Puisi Tentang Alam Keindahan Pegunungan Pedesaan dan Lingkungan #4
Source : pantuncinta2000.blogspot.com
36. Pepohonanku
Wahai pepohonanku
Tetaplah hijau dan tumbuh
Memberi naungan kepada kami
Menyegarkan udara ini.
Daun-daunmu begitu hijau
Menyerap panas Mentari
Dahan-dahan mau begitu kuat
Tempat bermain bagi kami.
Wahai pohon
Jangan pernah engkau mengering
Lindungilah bumi kami
Dari bencana bernama banjir.
Seraplah air yang mencurah
Simpan pada akar-akarmu.
Jangan engkau membiarkan
Curahan air membuat tenggelam.
37. Alamku Sahabatku
Alamku adalah sahabatku
Tempat aku berdiam dan tinggal
Dia telah banyak memberikan
Apa yang aku butuhkan.
Jangan hujan nya dia mencurahkan
Segenap air yang kami butuhkan
Dengan pepohonan yang dia tumbuhkan
Kami menghirup kesegaran.
Dengan lautan yang dihamparkan
Kami berlayar mencari ikan
Dengan gunung gunung menjulang
Kami buat persawahan.
Dengan alam Tuhan memberikan
Segalanya yang manusia membutuhkan
Agar mereka bersyukur
Jangan sampai manusia kufur.
Kepada-Nya kita bersujud
Merendahkan diri ini
Menjadi hamba yang mengerti
Keagungan Ilahi Robbi.
38. Alam Yang Murka
Sampah-sampah mengotori
Sungai-sungai dan lautan
Ikan-ikanpun mati
oleh racun yang ditumpahkan.
Nelayan pun jadi kesusahan
Susah mencari ikan
Lautan menjadi murka
Sebab kelakuan manusia.
39. Dia Kala Senja
Berhembus angin dengan kencang
Melewati pepohonan
Pemandangan semakin indah
Saat senja telah tiba.
Di senja ini aku berdoa
Di senja ini aku bersyukur
Di senja ini aku meminta
Agar selalu bahagia.
40. Lelah Senja
Begitu aku menikmati hari
Saat petang akan menjelang
Setelah sepanjang hari
Lebih raga berpetualang.
Telah aku memetik padi
Di hamparan sawah yang menguning
Semua lelah telah terbayar
Jangan yang kudapat saat ini.
41. Padang Rumput
Dan angin pun berhembus kencang
Menerpa wajah rumputan
Berkelana jauh dari lautan
Mengembara sepanjang zaman.
Aku titip sepenggal asa
Atau jiwa yang terluka
Pada angin dan pada senja
Yang mengembara ke Mayapada.
42. Puncak Gunung
Dari puncak ini
Ku temukan kedamaian diri.
Ada bentangan alam yang begitu sunyi
Puncak gunung yang amat tinggi.
Terasa diri amat kecil
Di antara langit dan bumi
Siapalah diriku ini
Tak pantas untuk menyombongkan diri.
43. Bencana Asap
Asap telah menjadi kabut
Kamu telah mengotori
Sesak nafas nafas kami
karena hutan terbakar api.
Hutan telah mereka musnahkan
Jangan panasnya api Ambisi
Asap melanda kepada kami
Dipicu orang-orang berdasi.
Margasatwa banyak yang mati
Pembakaran ini membawa rugi
Paru-paru kami rusak
Hidup semakin terbelangsak.
44. Bumi Indah
Perlahan-lahan senja pulang
Dibawa oleh cahaya mentari
Berganti dengan malam yang kelam
Alam pun semakin sunyi.
Aku ingin melihat bintang
Yang selalu datang ketika malam
Juga bersama Rembulan
Cahayanya sejuk membahagiakan.
Senja memang selalu indah
Malam juga tak pernah kalah
Ketika pagi pecah
Bumi kita tetaplah indah.
45. Hamparan Pasir
Di bibir pantai
Aku memejamkan mataku
Melepaskan lelah dan letih
lelah jiwa menggerogoti.
Terjatuh aku di pasir putih
Maka kurebahkan tubuhku ini
Menatap langit Berawan putih.
Kadang Camar melayang-layang
Turun ia mengail ikan
Begitu indah lukisan alam
Syahdunya tak tergantikan.
Embusan angin begitu sejuk
Samar-samar ombak berdebur
Angin pun datang membelai
Melepaskan segala resahku.
46. Bukit
Anak kecil si penggembala
Ia Merebahkan tubuhnya
Di atas rerumputan
Yang bersanding dengan ilalang.
Kadang matanya terpejam
Untuk melepas segala lelah
Menikmati hembusan alam
Terbawa mimpi yang sangat indah.
Di atas bukit yang amat tinggi
Ia labuhkan semua harapan
Bahwa tak lama lagi
Kerjanya akan memberi kekayaan.
47. Menunggu Purnama
Tahukah Engkau wahai Rembulan
Aku menunggumu menjadi Purnama
Agar cahayamu kumandikan
Keseluruh Raga di malam kelam.
Tahukah Engkau wahai Rembulan
Menatapmu membuka kenangan
Di masa kecil dahulu
Ketika aku ingin terbang kepadamu.
Engkau selalu indah
Dengan sejuknya cahaya
Akupun tak pernah jemu
Menatapmu sepanjang waktu.
48. Dari Hamparan Langit
Dari hamparan langit
Dari celah-celah awan
Turun jatuh ke wajah bumi
Dengan cara yang menawan.
Engkau meresap ke dalam Bumi
Membasahi akar-akar
Mengusir debu-debu kemarau
Yang memecah tanah sawah.
Jika Tuhan telah mengirimkan
Hujan yang turun di musimnya
Pertanda tanah akan menghijau
Kembali hidupkan bumi.
49. Puisi Alam Pantai Yang Indah
Laut mendadak ramai
Saat manusia pergi ke pantai
Bermain-main dengan riang
Dibawah Mentari bercahaya terang.
Laut telah mengirimkan
Ombaknya yang bergunung-gunung
Hingga pecah di tepi pantai
Memberi makna beribu-ribu.
50. Pantai di pagi hari
Kala Mentari terbit
Di ufuk timur yang jauh
Kulihat kabut kabut lembut
Di antara ombak berdebur.
Burung-burung bernyanyi riang
Menyambut Mentari di ujung sana
Anginpun mulai bertiup kencang
Menandakan datangnya kehidupan.
Ombak mulai berkejar-kejaran
Berlomba menuju Karang
Kadang menyapu perahu di tepi
Membuatnya bergoyang-goyang.
51. Oh Laut
Oh laut
Deburmu aku rindukan
Gelombang aku nantikan
Gemuruhmu aku puisikan.
Oh laut
Anginmu menenangkan
Birumu melapangkan
Pasirmu membahagiakan.
Oh Laut
Aku rindu kepadamu
Rindu itu membawaku
pada kerinduan pada Pencipta-Mu.
52. Rumahku Di Tepi Sungai
Teringat kampung halaman
rumahku di tepi sungai
banyak sekali pepohonan
mengusik kerinduan.
Sampan-sampan terapung
di sungaiku jauh di kampung
anak-anak pandai berdayung
bermain hingga petang.
Bangau-bangau terlihat terbang
ke sarangnya mereka pulang
di antara langit yang memerah
sebab telah datang senja.
Walau pergi jauh merantau
kampung halaman selalu terkenang
terkenang pula pada surau
tempat mengaji bersama teman.
53. Permainya Kampung Halaman
Gunung tinggi menjulang
sawah luas terhampar
suasana selalu damai
ladang terlihat amat permai.
di sanalah aku dilahirkan
besar dalam buaian
bersama ibu tercinta
dihangatkan kasih ayah.
biarpun jauh aku pergi
kampung halaman tak terlupa
rindu ini menggebu di hati
kadang memberi rasa nestapa.
moga kampungku selalu damai
bagaikan semilir anginnya
semoga kampungku selalu permai
bagaikan gemericik airnya.
54. ALAM DESA
Bukit di atas tanah
Tertutup kabut tipis
Hawa sejuk mentari cerah
Padang rumput menghijau manis
Gemericik air di sungai terdengar halus
Halimun pagi menetes teduh
Air terjun mengguruh deru
Melaju membiru pantai
Sejuk asin hangat pesisir
Menerangi panorama desa
Mewarnai guratan alam
Mencipta indah alam desa
55. Pantaiku Kampung Halamanku
Di kampung halamanku
berjajar banyak perahu
Di sanalah aku bermain
bersama ombak lautan.
Di kampung halamanku
orang-orang jadi nelayan
berangkat ke lautan
tanpa takut diterjang gelombang.
aku adalah anak pantai
bermain di bawah matahari
kulitku hitam legam
menerjang ombak berderai.
56. Bunga-Bunga Mekar
Di kebunku yang sederhana
telah mekar sekuntum kembang
dari ranting-ranting bunga
datang kupu juga kumbang.
indah sudah kembang berseri
mekar di musim yang bersemi
kucintai sepenuh hati
kusiram setiap hari.