Puluhan Puisi Tentang Alam Keindahan Pegunungan Pedesaan dan Lingkungan #3
Puluhan Puisi Tentang Alam Keindahan Pegunungan Pedesaan dan Lingkungan #3
Source : pantuncinta2000.blogspot.com
15. Kerusakan Alam
Jeritan Alam
Hutan-hutanku kau babat
Suaku kau penuhi dengan polusi
Udaraku kau penuhi dengan polusi.
Mengapa Wahai Manusia
Engkau rusak diriku ini
Padahal segalanya telah kuberikan
Dari hasil kekayaan ini.
Jagalah Alam
Dari lautanku,
Engkau mengambil ikan.
Dari sawah-sawah ku
Engkau mengambil padi.
Dari perut perutku,
Kau ambil emas pasir dan tembaga
Dari bersih udaraku
Engkau dengan nafas.
16. Pantun Jelajah Alam
Susur Sungai
Kususuri dengan kakiku
Sungai kecil yang berpasir
Dari ketinggian bukit
Hingga turun ke tanah lembah.
Betapa bahagia didalam jiwa
menjelajahi alam ciptaan-Nya
Terasa besar Keagungan Tuhan
Sedangkan aku seorang hamba.
Rindu Hutan
Aku rindukan suasana hutan
Dengan aromanya yang tak dilupa
Suara terdengar dari hewan
Memasuki hutan
Melalui Jalan Setapak
Ditemani burung-burung
Serta nyanyian margasatwa.
17. Rindu Alam
Aku merindukan lagi
menjelajahi Alam Hijau
Di suasana desa
pada sawah yang berlumpur.
Lelah aku melihat tembok
Ingin ku lepaskan pandangan
Benda langit yang biru
Ditemani awan Gemawan.
Hujan Di Balik Jendela
Setiap kali hujan gerimis
Terdengar merdu suaranya
Menimpa atap rumah
Ketika itu di waktu senja.
Aku duduk di balik jendela
Menatap gerimis turun ke bumi
Di dalam hati ada kehangatan
Sebab gerimis adalah anugerah Tuhan.
Kutatap sendu pada awan
Yang warnanya mulai kelabu
Mungkin saja hujan selesai
Meninggalkan udara bersih.
18. Kutatap Pelangi
Jika gerimis turun berderai
Di bawah cahaya matahari
Mata hatiku pun berdenyai
Melihat warna-warni sang Pelangi.
Ia bagaikan mahkota
Di bentangan langit begitu indah
Warnanya sungguh sangat tertata
Menghilangkan segala gundah.
19. Kicau Burung Pagi Hari
Kicau burung di pagi hari
Amat riang mereka bernyanyi
Bermain-main di pucuk Cempaka
Menemani datangnya Surya.
Burung yang jelita
Kulihat engkau begitu bahagia
Dalam hidup penuh Kemesraan
Engkau terbang bersama teman-teman.
20. Mendung Hitam
Sebelum turun hujan
Ada pertanda dari alam
Awan putih telah berganti
Warnanya kini menjadi hitam.
Mendung hitam menggelayuti
Di pucuk langit di atas bumi
Hujan turun sebagai anugerah
Menghidupkan tumbuhan Bumi.
21. Sungai
Jika aku minta di sungai
Kaki Bukit di dekat gunung
Hatiku langsung terasa damai
Pikiran pun mudah merenung.
Dari ketinggian
Air mengalir dengan Anggun
Mengirim cinta ke sawah-sawah
Menyenangkan hati para petani.
Sungai Ini begitu dingin
Airnya jernih begitu bening
Untuk diminum oleh manusia
Dijadikan makanan untuk yang lainnya.
23. Alam Pegunungan
Di gunung yang tinggi
Jalannya berkelok-kelok
Jauh sekali.
Turun dan mendaki
Jalan berkelok
Alam yang sunyi.
Kabut
Kabut turun di pagi hari
Bersama embun embun
Menyambut cahaya matahari
Menerpa daun-daun.
Kabut tipis melayah-layah
Di antara hutan pinus.
Kicau burung terdengar indah
Insan terpana bagai terbius.
24. Alam Negeriku
Pohon-pohon telah tumbuh
Dari zaman dahulu
Sebelum lahir kakekku
Alam Negeriku begitu kaya
Gunung sungai lautan dan lembah
Terbentang begitu saja amat indah.
25. Awan-Awan
Bertebaran ia di angkasa
Menghiasi langit yang biru
Kadang putih kadang kelabu
Memayungi Bumi Indahku.
Awan Gemawan sangat menawan
di atas sana selalu mengambang
Mengikuti angin kemana
Ke selatan ataupun ke Utara.
Kadang ia terlihat tipis
Di waktu senja yang memerah
Kadang Putih saat gerimis
Atau saat cuaca cerah.
26. Purnama
Bila datang waktu Purnama
Kami bermandikan dengan cahaya
Berlari-lari di halaman rumah
Menikmati Purnama Raya.
Di depan rumah itu
duduk pula Ayah ibuku
Bercerita mereka berdua
Sambil memperhatikan kami semua.
Saat Purnama tiba
hati kami selalu ceria
Di tepi sungai rumah kami
Tempat terbaik menatap Purnama.
Angin Berkah
Apabila pagi pecah
Dari kapulasan tidurnya
Bagaikan seorang putri
Disambut kabut serta embun.
Pagi ini pagi yang berkah
Ketika angin semilir
Dari lautan menuju lembah
Mengembara ke mana saja.
27. Embun Pagi
Embun telah turun
Semenjak malam tadi.
Menjadi kabut misteri
Tapi menyejukan hari.
Embun bening berseri
Kepada daun menghampiri
Padang rumput rumput di kaki
Hilang bila datang Mentari.
28. Ketemukan Embun Pagi
Hanya embun pagi
Yang aku temui
Sebelum datang Mentari
Menggantung ia di pucuk daun.
Embun hanya di malam hari
Untuk menyejukkan alam ini
Agar Insan beristirahat
Dalam tidur yang lelap.
29. Setetes Embun
Walaupun tanah kering kerontang
Embun pagi datang menyapa
Menetes jatuh ke atas bumi
Mengusir duka dan nestapa.
Embun bekerja di malam hari
Agar segar tanaman
Walau tak ada orang memperhatikan
Setiap malam ia akan datang.
30. Segar
Telah ku jumpai daun daunku,
Yang siang tadi hampir layu
Kini dia segar kembali
Sebab disentuh embun pagi.
Bunga bunga ini mekar
Daun-daun membuka lebar
Saat tersentuh Mentari
Embun hilang dan pergi.
31. Puisi Ombak Laut Biru
Tiada henti dia berderai
Bergelombang dari lautan
Datang menyentuh bibir pantai
Suara berdebur memecah kesunyian.
Pasir Putih menyambut riang
Mempersilahkan ombak datang
Begitu juga dengan batu karang
Bersama camar yang melayang.
32. Pantai Pangandaran
Dari dahulu engkau terkenal
Dengan ombaknya yang begitu besar
Menerjang kapal-kapal nelayan
Menggulung buih di tepi pantai.
Ombak menari-nari
Terpesona mata yang memandang
Suaramu sepanjang hari
Bagaikan sebuah nyanyian.
33. Puisi Alam Pegunungan
Diliputi Kabut tipis
Bagaikan tempat penuh misteri
Kau terlihat di pagi hari
Dampak hilang di waktu siang.
Dari jauh engkau terlihat
Tumbuh menjulang ke angkasa
Meninggalkanmu terasa berat
Jatuh cinta pada keindahannya.
34. Pemandangan Pedesaan
Terlihat pasangan suami istripem
Membawa pikulan menuju sawah
Berjalan beriringan mereka berdua
Dengan wajah penuh gembira.
Hari ini ini hari memanen
Padi di sawah sudah menguning
Memetik padi sepanjang hari
Penuh syukur di dalam hati.
35. Penggembala Domba
Jika aku pulang ke desa
Aku rindu pada anak gembala
Yang membawa kawanan domba
Jauh ke ladang mencari makan.
Dia sigap mengatur barisan
Bagaikan seorang komandan
Kadang rebah di rerumputan
Sambil menatap kawanan.