Kumpulan 20 Puisi Ibu yang Menyentuh Hati dan Perasaan
Kumpulan 20 Puisi Ibu yang Menyentuh Hati dan Perasaan
Source : blog.storial.co
1# Kemuliaan Seorang Ibu
Terdiam sejenak dalam renungan..
Kala bayang wajahmu datang menyapa..
Waktu Pun berputar kebelakang
membuka memori kenangan kecilku
Tetesan keringat dan air mata
berjuang melawan maut..
Demi kehadiran sang buah hati
Mendengar tangisan pertamaku
jadi kebahagian tak ternilai bagimu
Saat ku mulai belajar berjalan
kau dengan setia menjaga ku..
Ku mulai belajar bicara
engkau dengan sabar mengenalkan ku pada kata-kata..
Hingga ku dewasa kasih sayang itu tetap sama..
Tak pernah pudar dan terkikis oleh waktu..
Bekerja tanpa mengenal kata lelah
Tidur tanpa mengenal kata lelap
Terjaga dalam gelapnya langit subuh
Demi mencari sesuap nasi untuk ku..
Tapi, balasan apa yang ku beri..
Hanya goresan luka dan air mata..
Meskipun begitu kasih sayang itu tak berkurang sedikitpun..
Slalu kau sebut namaku dalam setiap doamu..
Air mata ini jatuh berlinang dengan derasnya
Mengingat betapa mulianya engkau wahai ibu..
Pepatah berkata..
“surga dibawah telapak kaki ibu”
Izinkanlah daku mencium surga itu
ibu..
***
2# Ibu Malaikatku
Ibu…
Disini kutulis cerita tentangmu
Nafas yang tak pernah terjerat dusta
Tekad yang tak koyak oleh masa
Seberapapun sakitnya kau tetap penuh cinta
Ibu…
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak pikirkan lelahmu
Kau terus berjalan diantara duri-duri
Ibu…
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
Ibu..
Kau lah malaikatku
Penyembuh luka dalam kepedihan
Penghapus dahaga akan kasih sayang
Sampai kapanpun itu..
Aku akan tetap mencintaimu..
Ibu, malaikatku – oleh Mosdalifah
Sepudi, Sumenep
***
3# Tak Terhingga
Aku menangis
Air mata ini jatuh membasahi bumi
Aku menangis
Menyadari,
Aku selalu egois
Tangisku tak mengubah segalanya
Tangisku tak dapat mengubah isi hatinya
Aku menyesal
Karena perbuatan ku
Aku menyesal
Atas segala kesalahanku
Kini …
Tinggal ku duduk menyendiri
Menunggu jawaban hidup ini
Akhirnya kusadari …
Dia telah pergi
Ke pelukan Illahi
Walau telah tiada …
Segala cinta …
Segala kasih sayangnya
Akan selalu membekas di hatiku …
Oh, Ibu …
Tak Terhingga – oleh Najwa Futhana Ramadhani
Bekasi
***
4# Dari Kartini untuk Ibuku
Raga Kartini telah lama pergi ke pangkuan Ibu Pertiwi
Namun, jiwa juang ambisi Kartini tak berarti gugur bersama jasad
Melainkan bersemayam pada sosok diri
Seorang ibu bukan dari darah biru ia disusui
Membawa pesan dan amanah dari Kartini
Padaku ia berjanji
Untuk mengehantarkan pada gemilang prestasi
Ia juga jadi benteng bagi diri ini
Di tengah krisis moral globalisasi
Tentu dikata ia sebanding Kartini
Baginya, Kartini ialah sang inspirasi
Yang menjembatani jadi seorang insan berdikari
Bukan imbal jasa yang ia cari
Hanya keberhasilan bagi sang generasi
Juga ridha dari Sang Illahi
Oleh: Wahyu Eka Nurisdiyanto
***
5# Jauh Lebih Bermakna
Telah berjuta kata coba kurangkai
Ketika inginnya hati menggambarkan
Lautan tinta telah kuhabiskan
Ketika tangan kotor ku ingin tuliskan
Sektika, tubuhku mematung pas yang seakan berhenti
Jiwa yang bergejolak mencampur adukan rasa
Aku tak bisa, apa yang sulit dari merangkai kata?
Begitu sulitkan menulis?
Tidak! Ternyata bukan itu
Karena berapa dan sindah apa pun, kata yang kurangkai
Sebanyak apapun tinta yang kuhabiskan
Kasihmu jauh melebihi itu
Semua tentangmu, jiwa yang suci itu
Sebuah penghargaan yang ingin kuberikan
Walau jauh berbanding bersama dengan tuluanya kasihmu itu
Apalah makna sebuah kronologis kata ini
Kasihmu itu jauh lebih bermakna
Karena engkau, aku mengerti hidup ini
Kau itu bagaikan mentari
Kau yang menyinari siangku
Dan memberikan sinarmu terhadap bulan untuk menerangi malamku
Aku menyayangimu, Ibu…
Oleh: Taufiq Ridho
***
6# Tangisan Air Mata Bunda
Dalam senyummu kau sembunyikan lelahmu
Derita siang dan malam menimpamu
Tak sedetikpun menghentikan caramu
Untuk bisa memberi harapan bagiku
Seonggok cacian selalu menghampirimu
Secercah hinaan tak perduli bagimu
Selalu kau teruskan cara untuk masa depanku
Mencari harapan baru kembali bagi anakmu
Bukan setumpuk emas yang kau inginkan dalam kesuksesanku
Bukan gulungan duit yang kau minta di dalam kesuksesanku
Bukan pula sebatang perunggu di dalam kemenanganku
Tapi, permohonan hatimu membahagiakan aku
Dan yang selalu kau berkata terhadapku
Aku menyayangimu saat ini dan pas aku tak kembali bersama denganmu
Aku menyayangimu anakku bersama dengan ketulusan hatiku.
Oleh: Monika Sebetina
***
7# Ibu
Beredar bintang di garisnya
Bulan bercahaya pada lintasnya
Waktu bergulir dalam takdirnya
Aku…
Terlahir dari manusia hebat
Menyayangi tanpa batas
Mendampingi di semua kisahku
Kau…
Perempuan terbaik dalam kerajaanku
Motivasi terbaik di setiap lika-liku hidupku
Ibu…
Aku mencintaimu
Terima kasih untuk semua waktu dan lelahmu
Ibu…
Aku mencintaimu
Oleh: Yulis Marika
***
8# Bunda Tercinta
Bunda…
Engkau pecahkan kegelisahan yang tetap membuatku jatuh
Engkau bagai penopang raga yang mulai runtuh
Engkau berikan semua yang kami butuhkan
Tapi kami, seketika kami butuh pun kami belum menyadari
Bunda…
Kau buang waktumu tanpa penat untuk kamu
Kau buat kasih sayangmu jadi rutinitas yang sering kami lupakan
Engkau berikan tanpa kami minta
Engkau gugurkan siraman kasih yang tak ada tandingnya
Bunda…
Andai perasaan ini sepeka hatimu, setegas kasihmu
Semampu dan tetap tersedia untuk kami anakmu
Kan ku ubah segala yang jadi kesalmu
Kan kucoba merengkuh rasa yang sering kau berikan kepadaku
Di atas langit yang tak terbatas
Kau topangkan kasihmu tanpa mulai lelah
Terima kasih, Bunda…
Terima kasih sudah menjagaku hingga sementara ini
Memberikanku cinta tanpa putus asa
Dengan cintamu, aku merasakan kemampuan yang sungguh luar biasa
***
9# Tak Pernah Beristirahat
Di atas tempat tidurku
Kau mengasihi
Di dapur,
Kau koki terbaik
Di mana-mana
Kau dokter terhebat
Tak pernah beristirahat
Di luar,
Kau melatihku
Di taman,
Kau pelindungku
Di sekolah,
Kau penjagaku
Tak pernah beristirahat
Aku tak pernah menyadari
Semua yang kau lakukan
Banyak sekali,
Kini izinkan aku,
Mengatakan cinta padamu
Cinta yang sangat tulus
Terimakasih atas semuanya, Bu
Kerja keringatmu di setiap waktu
Merawat dan menjagaku
Tak pernah lelah
***
10# Jauh Jarak Tetap Kau Tempuh
Jarak ini terlalu jauh,
Antara kenyataan dengan impian.
Tetapi
Engkau tetap menempuhnya.
Tak peduli berapapun jauhnya;
Tak peduli berapapun sulitnya.
Engkau tetap percaya,
Bahwa suatu hari nanti
Perjuangan ini akan bertemu dengan kenyataan.
***
11# Aku Mengerti
Ketika aku kecil,
Ketika aku muda,
Aku tak pernah mengerti
Dengan semua yang kau tuturkan
Aku tak pernah mengerti
Atas semua pengorbananmu
Kau memberikan pelajaran hidup
Hingga aku tumbuh dewasa
Tapi aku mengerti
Sejak awal cintamu tak berujung
Dari dalam lubuk hatimu
Aku ingin meyakinkan
Bahwa aku menghargaimu
Atas semua yang kau beri
Aku sayang Ibu
***
12# Engkaulah Peneduh Hatiku
Kadang hidup ini
Seperti padang pasir. Panas dan gersang.
Kadang perjalanan ini
Meletihkan dan melelahkan.
Tetapi di sanalah
Aku selalu menemukan peneduh jiwa.
Itulah engkau Ibu!
***
13# Cinta Ibu
Kau ajarkan aku tentang cinta
Cinta pertama dalam hidupku
Sejak aku di alam kandunganmu
Sejuta kasih kau suap di mulutku
Kau adalah sosok sahabat tiada tara
Pengorbananmu tak mampu ku ucap
Dengan kata-kata
Pahlawan pertamaku dalam nafasku
Nyawaku terlindung berbalut cintamu
Tiada tara Tiada kata
Itulah pengorbananmu
Tak bisa menceritakan tentang kisahmu
Ibuku
Kaulah sahabat Cintaku
Mengalir kasih pertamaku
Doaku menyertaimu
***
14# Bagaikan Cahaya Bulan
Ibu
Cintamu bagaikan cahaya bulan
mengubah sesuatu yang sangat kasar menjadi keindahan,
sehingga jiwa-jiwa kecil yang masam
saling mencerminkan satu sama lain dengan samar
seperti cermin yang retak
Melihat rohmu yang bercahaya
refleksi dari diri mereka
Dimuliakan seperti di dalam sungai kecil yang bersinar,
dan mencintaimu apa adanya.
Engkau tak lebih banyak tergambar di pikiranku
daripada kilauan
Aku melihatmu dalam sinar
pucat seperti cahaya bintang di dinding abu-abu
lenyap bagai cerminan angsa putih
berkilauan di air yang beriak
(Lola Ridge, Ibu)
***
15# Perempuan Itu
Perempuan yang bernama kesabaran
‘pabila malam menutup pintu-pintu rumah
masih saja ia duduk menjaga
anak-anak yang sedang gelisah dalam tidurnya
Perempuan itu adalah ibuku…
Perempuan yang menangguh kan segalanya
bagi impian-impian yang mendatang
Telah memaafkan setiap dosa dan kenakalan
anak-anak sepanjang zaman.
Perempuan itu adalah ibuku…
Bagi siapa Tuhan menerbitkan matahari surga
Bagi siapa Tuhan memberikan singgasana-Nya
Dan dengan segala ketulusan
ia membasuh setiap niat busuk anak-anaknya
Dia adalah ibu…
(Arifin C. Noer, Perempuan Itu Adalah Ibuku)
***
16# Surat Kecil untuk Ibu
Jikalau waktu ku tak dapat bahagiakan mu
tak perlu resah dan gelisah
Anak-anakmu selalu mendoakan mu
waktu ku yang tak lagi panjang
Akan sirna ditelan lapuknya usia
tubuhmu yang renta masih sanggup menopang ku
Kan ku genggam erat jari-jemari mu
sampai jantungku berhenti berdetak
Maafkan ku yang pergi lebih dulu
diriku tak lagi sanggup menopang berat tubuh ku
Hingga detik- detik kepergianku
nafas yang telah berhenti
Jangan menangis ibu..
ku tak sanggup melihat tetesan air matamu
Terjatuh membanjiri jasadku
ku tunggu ibu di surga-Nya
Kan ku pinta agar ibu mendampingiku
disertakan kebahagiakan tiada tara
Cinta kasih dan doa mu selalu menyertaiku
Surat Kecil untuk Ibu – oleh Diyan Fitrianti
Jakarta
***
17# Muara Kasih
Kaulah muara kasihku..
Tempat ku berkeluh kesah, mencurahkan isi hatiku
Kau tempatku mengadu tatkala aku ketakutan
Kau bak sutra yang indah nan lembut
Membelaiku penuh cinta dan kasih
Kaulah pahlawan ku..
Menjagaku tanpa letih hingga ku terlelap
Lindungi aku tanpa henti entah siang ataupun malam
Bersamamu aku merasa damai
Kau dekap aku dengan ketulusan
Memelukku dengan sinar kasihmu
Membalut luka dan ketakutanku
Tak ada tempat sebaik mu..
Tiada makhluk semulia hatimu
Kau takkan terganti meski waktu berhenti berputar
Takkan pula luntur meski waktu dimakan zaman
Kaulah muara kasih terindah..
Cinta kasihmu takkan lekang oleh waktu
Meski bibirku tak mampu berucap
Percayalah Bunda..
Sarangheo, aku menyayangimu selalu
Sekarang, esok dan selamanya
Happy Mothers Day:-)
Muara Kasih – oleh Ida Ayu Sri Widiyartini
***
18# Puisi ibu – Dia
Cahaya bersinar selalu terlihat di wajahnya
Kesabarannya bagaikan lautan yang luas
Pengertiannya bagaikan sosok sahabat
Ketulusannya tanpa pamrih
Dia, orang yang selalu membuatku nyaman
Dia, orang yang selalu menemaniku
Dia, orang yang takkan pernah mengeluh karena kenakalanku
Dia, orang yang tak pernah letih merawatku
Tuhan, aku sangat menyayangi dia
Tuhan, aku sangat mencintai dia
Kekuatan cinta kasihnya begitu besar
Hingga di saat ku jatuh hanya dia yang bisa menguatkanku
Dia sudah banyak berkorban
Dia begitu kuat dan tegar
Dia yang telah meneteskan banyak darah untuk hidupku
Dia menuntunku hingga saat ini dengan cahaya kasihnya
Tuhan, aku menyesal membuatnya selalu bersedih
Tuhan, aku salah untuk saat ini membuatnya menangis
Tuhan, aku selalu berdoa untuk dia
Tuhan, maafkan aku selalu membuat dia kecewa
Ya Tuhan, dia adalah ibuku
Berikanlah kesehatan selalu untuk ibuku
Berikanlah waktu untuk ibuku, aku ingin dia selalu berada di sampingku
Biarkanlah aku tumbuh, aku ingin membahagiakan ibuku
Dia – oleh Fransisca Melani
***
19# Syair untuk Bunda
Sepetik syair kunyanyikan
Padamu yang penuh kasih
Dengan nada penuh syukur
Atas tetesan kasihmu padaku
Kau hapus sedihku
Beriku tiap mimpi yang indah dengan doa
Kau ajarku berbudi
Namun apa daya ku beri bagimu
Bahkan, seribu bintang tak sanggup balas cintamu
Yang kuberi hanyalah
Tangis dan kecewa bagimu
Dengarkanlah syair ini
Hingga ku dapat ampunan darimu
Hingga ku dapat katakan terimakasih untukmu
Oleh : Rina
***
20# Puisi Ibu Tentang Kesabarannya
Di Dekat Tanjung, Ibu Berdoa
Ketika langit dan tangan terkatup sujud
Mendoakan jarak yang membentang
Bumi seperti perutmu yang lapar
Meminta anak baru
Agar kau tidak kesepian
Menemani laut
Sebab anak kandungmu sudah
Menjadi batu karang
Diam mengerang dosa
Deretan doa menanjak jauh
memukul-mukul dinding rumah
Tuhan..
Berharap Ia melepas hujan
Mendinginkan amarah dan usia keringmu
Oleh : Tino BeoWajahmu seluas tanjung