Kumpulan Puisi Guru Singkat, Guruku Tercinta: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa #2

Kumpulan Puisi Guru Singkat, Guruku Tercinta: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa #2

Source : titikdua.net


Kepada: guruku

Kulihat kau berdiri di pelupuk mataku

Menyampaikan pesan waktu

Tatkala tatapan bertemu

Aku menangkap sejuta cahaya darimu

Cahaya ilmu kian merasuk ke benakku

Bahkan aku berharap ia menjadi segumpal daging


Kau pelita di hitam legamnya jiwaku

Laksana tetesan air di gersangnya gurun pasir


Duhai guruku

Kau taman Kehidupan

Berjuta ilmu kau tanamkan

Tanpa lelah dan putus asa

Berjuang mencerdaskan generasi bangsa


Kau mempunyai laut yang terpenuhi dengan mutiara-mutiara ilmu

Izinkan aku melayarinya, sehingga matiku penuh ketenangan

Hidupmu penuh perjuangan

Maka, tak berdosa jika aku memberimu gelar pahlawan.


(Oleh: Winda Puspitasari)



Bersamamu, guruku

Ketika aku menatap langit

Tingginya takkan dapat kuraih berjinjit

Tapi tatkala aku menatapnya bersamamu, guruku

Aku dapat menggapai cita setinggi itu

Ketika aku memandang samudera

Hamparan luasnya takkan bisa kupeluk di dada

Tapi tatkala aku memandangnya bersamamu, guruku


Aku bisa merangkul mimpi seluas itu

Ketika aku melihat gunung

Beratnya takkan mampu kupikul di punggung

Tapi tatkala aku melihatnya bersamamu, guruku

Aku mampu mengangkat ilmu seberat itu


Itulah tinggi, luas dan bertanya jasa yang kau terima

Berkatmu. Kumantap, kumemandang, kumelihat sisi lain dunia

Tuk mengubahnya menjadi bekal kehidupan

Maka setinggi langit, seluas samudera dan seberat gunung

Terhatur terima kasih untukmu, guruku.


(Oleh: Yoga Permana Wijaya)



Pipit kecil

Awal jumpa kita Kami bukan siapa-siapa

Hanya pipit kecil dengan paruh menganga dan sayap setengah terbuka

Kami hanya berputar… berputar…

Dan hinggap di pundak ilmu guru-guru kami


Awal jumpa kita Kami bukan apa-apa

Hanya sobekan-sobekan kertas tak bermakna

Menunggu tangan-tangan kokoh dan jemari lentik guru kami

Merangkainya menjadi buku yang patut diperhitungkan


Guruku… lihatlah pipitmu

Kami telah seperkasa garuda, selincah merpati

Dengan ilmu dan petuahmu

Picing mata nanar telah sejelita mentari siang hari


Langkah seok… telah mantap menapaki jalan tajam beronak


Kini pipitmu…

Telah siap terbang… terbang memetik cita-cita kehidupan

Dia meninggalkan

Secuil sejarah hidup kami di sini.


(Oleh: Zuarni, S. Pd.)



Guruku yang hebat

“Bagaimana tidak hebat

rutinitas pagi harus serba hemat

bangun tepat

mandi cepat

sarapan kalo sempat


guruku hebat

jam 05.00 sudah wangi

menjemput sang pelangi

mengantarkannya meraih mimpi

demi ibu pertiwi


guruku hebat

bertahun tahun menahan diri

dari keinginan hati

dari nafsu yang menghampiri

walau kadang makan hati


guruku hebat

bagimana tidak hebat

tiap hari menopang martabat

walau kadang tak bersahabat

namun tetap kuat


guruku tetap hebat…

dalam kekurangan tetap bertahan

dalam kesederhanaan tetap diam

dalam kesuksesan tetap sopan

dalam kemakmuran tetap tenang


guruku memang hebat

meski bukan konglomerat

namun tak melarat

meski bukan bangsawan

namun tetap menawan


guruku hebat

mendidik anak negeri sepenuh hati

mengajarkan budi pekerti

agar menjadi insan yang bernurani

tanpa harus menyakiti


guruku tetap yang hebat

gaji kecil tak sakit hati

gaji cukup tak sombong diri

meski banyak yang sakit hati

karna guru dapat sertifikasi


guruku memang hebat

karena sertifikasi dituntut kompetensi

kalau tak mau diamputasi

oleh penguasa negeri

yang “katanya” baik hati


guruku memang hebat

meski mutasi dan gandanya kompetensi mengancam diri

tak menjadikannya patah hati

mengabdikan diri untuk negeri

sambil menunggu panggilan Surgawi.”


(Oleh: Moh Adhuri Ali Syaban via terasjabar.id)



Guru

Untukmu para guru;

Yang telah menciptakan & menjadikan generasi-generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab

Untuk negeri tercinta Indonesia


Tak pernah lelah dalam mendidik

Walaupun kadang kuatnya raga sedang tak bersahabat

Semuanya kau jadikan semangat yang berkobar dalam sebuah filosofi;

“Tuntaskan Kebodohan”

Demi kemajuan bangsa


Bagiku;

Kau bukan hanya sekedar Patriot Pahlawan Bangsa yang Tanpa Tanda Jasa

Namun, kau lebih daripada itu

Karena tak akan ada bangsa atau negara yang hebat di jagat ini

Tanpa pengabdian yang telah kau ukir dalam jiwa mereka


Teruslah berjuang

Teruslah kau berjuang wahai para guru, biarpun namamu tak tertulis dalam alur Kisah Pahlawan Bangsa

Tapi percayalah;

Kau akan selalu menjadi Pahlawan di Hati Para Anak Negeri


Harum namamu;

Bak harum nama para pahlawan yang berjuang untuk tetap kokohnya Indonesia


Sinar pelita pengabdianmu;

Tak akan pernah padam sampai kapanpun


Untukmu wahai para guru;

Sebuah ucapan terima kasih yang tak terhingga dariku untuk hakikat pengabdian Tanpa Tanda Jasa


(Oleh: Defry Al Hasb)




Sang penerang dalam gelapku

Jarang pernah ada guratan luka

Guratan luka yang menemanimu

Tanpa ada kecerahan di wajahmu

Jangan pernah kau terlalu memikirkan samar itu


Begitu jauh begitu samat

Kini kurangkai kata

Untuk segala kebersamaan

Yang pernah ada

Kelas tua itu menjadi saksi

Saksi atas segala tindakanku

Prestasi dan kenakalanku

Aku rindu pada segala yang kulewati


Kau selalu terikkan perangi kebodohan

Majulah dan berprestasilah himbauanmu

Seperti tak ada untuk terima kasihku

Kepada bapak guru kepada ibu guru

Pembawa cahaya penerang gelapku


Hari masih sangat panjang

Jalan masih jauh

Cita-cita harus ditegakkan

Cita-cita harus digapai

Terima kasihku untukmu.