Kumpulan Puisi Tentang Ibu yang Menyentuh, Cocok Diunggah di Hari Ibu 22 Desember
Kumpulan Puisi Tentang Ibu yang Menyentuh, Cocok Diunggah di Hari Ibu 22 Desember
Source : pikiran-rakyat.com
Syair untuk Ibu
Sepetik syair kunyanyikan
Padamu yang penuh kasih
Dengan nada penuh syukur
Atas tetesan kasihmu padaku
Kau hapus sedihku
Beriku tiap mimpi yang indah
Dengan doa, kau ajariku berbudi
Namun, apa daya kuberi bagimu
Bahkan, seribu bintang tak sanggup balas cintamu
Yang kuberi hanyalah tangan dan kecewa bagimu
Dengarkanlah syair ini
Hingga kudapat ampunan darimu
Hingga kudapat katakan
Kumencintaimu, Bunda…
Kau Menguatkanku
Aku tak bisa berkata
Rasa syukur ini
Setiap hari setiap waktu
Kau habiskan bersamaku
Peluk dan cintamu menuntunku
Bijaksanamu membangunkanku
Cintamu tak pernah surut
Ketika aku lemah,
Kau selalu menggenggam tanganku
Agar aku kuat menjalani hidup
Terimakasih Ibu,
Kau selalu menataku
Mengarungi waktu demi waktu
Kau selalu terjaga
Hingga sampai kini
Kau selalu membenarkan kesalahanku
Kau selalu mengembalikanku menuju kebeneranan
Maafku selalu kau terima
Hingga aku tak bersedih
Terimakasih Bu
Oleh : Anonim
Bunda Tercinta
Bunda
Engkau pecahkan kegelisahan yang tetap membuatku jatuh
Engkau bagai penopang raga yang mulai runtuh
Engkau berikan semua yang kami butuhkan
Tapi kami, seketika kami butuhpun kami belum menyadari
Bunda
Kau buang waktumu tanpa penat untuk kami
kau buat kasih sayangmu jadi rutinitas yang sering kami lupakan
Engkau berikan tanpa kami minta
Engkau gugurkan siraman kasih yang ga ada tandingnya
Bunda
Andai perasaan ini sepeka hatimu, setegas kasihmu
Semampu dan tetap tersedia untuk kami anakmu
Kan ku ubah segala yang jadi kesalmu
Kan kucoba merangkuh rasa yang sering kau berikan kepadaku
Di atas langit yang tak terbatas
Kau topangkan kasihmu tanpa mulai lelah
Terima kasih Bunda
Terimakasih sudah menjagaku hingga sementara ini
Memberikanku cinta tanpa putus asa
Dengan cintamu, saya merasakan kemampuan yang sungguh luar biasa
Oleh : Anonim.***
49 Puisi Ibu, Syair Penuh Arti Dan Menginspirasi Untuk Bunda Tercinta #1
Source : kozio.com
Kemuliaan Seorang Ibu
Terdiam sejenak dalam renungan..
Kala bayang wajahmu datang menyapa..
Waktupun berputar kebelakang
membuka memori kenangan kecilku
Tetesan keringat dan air mata
berjuang melawan maut..
Demi kehadiran sang buah hati
Mendengar tangisan pertamaku
jadi kebahagian tak ternilai bagimu
Saat ku mulai belajar berjalan
kau dengan setia menjaga ku..
Ku mulai belajar bicara
engkau dengan sabar mengenalkan ku pada kata-kata..
Hingga ku dewasa kasih sayang itu tetap sama..
Tak pernah pudar dan terkikis oleh waktu..
Bekerja tanpa mengenal kata lelah
Tidur tanpa mengenal kata lelap
Terjaga dalam gelapnya langit subuh
Demi mencari sesuap nasi untuk ku..
Tapi, balasan apa yang ku beri..
Hanya goresan luka dan air mata..
Meskipun begitu kasih sayang itu tak berkurang sedikitpun..
Slalu kau sebut namaku dalam setiap doamu..
Air mata ini jatuh berlinang dengan derasnya
Mengingat betapa mulianya engkau wahai ibu..
Pepatah berkata..
“surga dibawah telapak kaki ibu”
Izinkanlah daku mencium surga itu
ibu..
***
Ibu Malaikatku
Ibu…
Disini kutulis cerita tentangmu
Nafas yang tak pernah terjerat dusta
Tekad yang tak koyak oleh masa
Seberapapun sakitnya kau tetap penuh cinta
Ibu…
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak fikirkan lelahmu
Kau terus berjalan diantara duri-duri
Ibu…
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
Ibu..
Kau lah malaikatku
Penyembuh luka dalam kepedihan
Penghapus dahaga akan kasih sayang
Sampai kapanpun itu..
Aku akan tetap mencintaimu..
Ibu, malaikatku – oleh Mosdalifah
Sepudi, Sumenep
***
Tak Terhingga
Aku menangis
Air mata ini jatuh membasahi bumi
Aku menangis
Menyadari,
Aku selalu egois
Tangisku tak mengubah segalanya
Tangisku tak dapat mengubah isi hatinya
Aku menyesal
Karena perbuatanku
Aku menyesal
Atas segala kesalahanku
Kini …
Tinggal kududuk menyendiri
Menunggu jawaban hidup ini
Akhirnya kusadari …
Dia telah pergi
Ke pelukan Illahi
Walau telah tiada …
Segala cinta …
Segala kasih sayangnya
Akan selalj membekas di hatiku …
Oh, Ibu …
Tak Terhingga – oleh Najwa Futhana Ramadhani
Bekasi
***
Memberi Kabar
Mataku. Batu yang jatuh
ke lubuk mabuk
Dipeluk dingin
hening merayap tebing
Menadah senyap dasar
dari situ aku ingin bergemuruh
berkabar
mengaliri jejak yang tertinggal
Bu, mataku boleh tak pulang
ke liangnya
tapi airnya yang leleh
jadi penyejuk hatimu
penawar luka agar tak dalam
Mataku. Kembar sepasang
direnggut arus menderas
dimabuk peluk
memecah diam
Bu, engkau ada di mataku
walau sekadar bayang di kulit air
(Raudal Tanjung Banua, Sepasang Mata yang Berkabar)
***
Dalam Cahaya
Oleh Romadona
Dia wanita bernama cahaya
Hatinya memancar
Tergurat dalam doa-doa
Tangan Kecilnya mengantar kami
di gerbang cahaya
Dia berjalan dengan cinta
Dia berjalan menerjang luka
Bahkan dia menempuh tanpa
batas rasa
Dia-lah Ibu dari segala cahaya
Ibu dari semua luka kami
Ibu dari Jejak yang terukir
dalam tinta sejarah
#Bunda Dalam Cahaya
#Untuk Bunda-ku dan Bunda-Bunda Terhebat yang kalian miliki
***
Ibu Adalah Cinta
Oleh Yani Utarin
Ketika cinta dipertanyakan
Ketika cinta dicari
Mengapakah mata hatiku buta
Mengapa sulit terlihat
Sedang cinta di depan mata
Selalu mengiringku, menemaniku, menggenggamku, memeluku
Cinta itu ada pada air susu yang kuhisap kala ku sebagai makhluk bayi
Cinta itu ada pada gendongan tangan kuat ketika ku menangis dan tertidur pun tertawa
Cinta itu ada pada gandengan tangan dan pelukanya
Cinta itu ada pada sereal yang hangat setiap pagi
Dalam kegagalanku
Ada senyum dan aliran kata sejuk
Dalam gembiraku
Ada tawa dan tangan mengacak rambutku
Dalam keputusan salahku
Ada pembelaku
Yang setelahnya berib nasihat mengalir deras
Semua itu ada padamu ibu
Engkau adalah cinta utuh dalam diriku
Saat aq mengecewakanmu
Tak pernah kau pergi dariku
Engkau membawaku di hati dan pikiranmu
Kemanapun kau berada
Hingga kau berada dalam kekekalan kau tetap menaruhku dihatimu
Dan berdoa untuku
Hingga aku merasa tak sendiri
Sekalipun kau dalam keabadian
Dan aku di dunia fana
Hingga kita bersama lagi selamanya
Aku rindu padamu bu..
Nantikan aku sampai saatnya tiba
Ibu
Engkaulah cinta itu..
***
Bait Sajak Untuk Ibu
Oleh Kusnan
Tetes-tetes darah…keringat dan air matamu
Cukup sudah menorehkan
Prasasti-prasasti indah di hidupku-
Menggenapi di setiap celah ruang dan waktu
Gumam doa tulus nan sederhanamu
Jua ….keriput di kening ‘tuk menata asa
Demi anak-anakmu
‘tlah menjadi saksi –
Pada hamparan permadani indah beranda syurga
Akhirnya…..
Maafkan bila belum sempurna baktiku padamu
Saat renta usia menjemputmu….ibu, Maafkan kami anak-anakmu
Selamat jalan…..ibu
Merengkuh jalan panjang menuju haribaan-Nya
…… Tuhan Semesta Jagad Raya
Yakinlah suatu saat bersama takdir , nanti
Kita ‘kan tersenyum bersama semerbak harum surga
Amien……
###
Jiwa Terindah
Oleh Dudy
Terlihat senyum tulusmu
Terasa doamu yang tak pernah henti
Tercipta kasih sayang tulusmu
Tak akan tergantikan
Wahai kau wanita terhebat
Kaulah segalanya untukku
Di saat ku bahagia
Air mata kebahagiaan terpancar bersinar
Di saat ku sedih
Air mata doamu tiada pernah berhenti
Tiada pernah mengeluh
Tiada pernah kecewa
Tiada pernah lelah
Jiwamu sungguh indah
Akan selalu ku ingat
Cerita ini akan selalu ku kenang
Engkau selalu ku doakan sepanjang hidupku
wahai kau wanita terhebat, IBU
***
Mata Air Cinta
Oleh Boby Julianto Siallagan
Ibu…
Memelukmu adalah kenyamananku
Melukis senyummu adalah keinginanku
Mencintaimu sudah tentu kewajibanku
Namun terkadang
Melawanmu menjadi kebiasaanku
Bahkan ku menyiakanmu dan
Melupakanmu sebagai seorang ibu
Tanpa kusadari begitu teririsnya hatimu
Harusnya aku menjadi pelindung
Bukan menjadi anak yang tak tahu untung
Harusnya aku menjadi anak yang penurut
Bukan menjadi anak yang banyak nuntut
Aku masih sangat ingat
Ketika itu tak ada biaya untuk berangkat
Dari kampung menuju perkotaan yang padat
Waktu itu hujan begitu lebat
Kakimu kau paksa menapak
Hanya bermodal payung rusak
Ibu menjelajah rumah ke rumah dengan hati terisak
Tak peduli petir menyambar
Ibu tetap berjalan dengan sabar
Meski tubuhmu sudah gemetar
Ibu masih mengetuk pintu warga sekitar
Terimakasih sang pencipta
Kau beri aku seorang wanita tangguh
Yang selalu mengusap air mata
Ketika ku dilanda derita
Yang punya hati sebening permata
Dan yang menjadi mata air cinta
***
Tahan Derita
Ibunda
Di mana pun sama
Tahan derita lebih
ketimbang ayahanda
Gua garbanya
tempat tapa
Janin bayi
yang kelak dilahirkan
Bagaikan Maria
di Pengadilan
Ia pun pasrah
Jesus disalibkan
Tidak berontak
dan murka
Tapi sabar dan nrimo
Lego lilo
Pasrah bongkokan
awal kebangkitan
Dalam proses
penjadian kasih sayang
***
Rumah Ini Begitu Indah
Rumah ini seakan bercerita,
Tentang hangatnya kasih sayangmu.
Rumah ini dipenuhi dengan cinta,
Yang kau curahkan tanpa jemu.
Ruang ini disemarakan rindu,
Yang lahir di dalam kalbu.
Mengalir pula rasa sayang,
Membuatku ingin selalu pulang.
***
Telah Tiada, Aku Terlambat
Ketika aku kecil,
Aku masih di pangkuanmu
Aku tak paham saat itu
Apa saja yang kau tuturkan
Apa saja yang kau lakukan padaku
Aku tak paham saat itu
Bagaimana pengorbananmu
Kau selalu mengajariku kebenaran
Hingga aku dewasa kini
Dan kini aku sadar,
Tapi sayangnya, kau sudah tak ada
Aku merindukanmu Bu,
***
Dalam Sunyi Suaramu Menggelegar
Dalam kesunyian malam
Seringkali aku mendengar
Sayu-sayu engkau lantunkan ayat-ayat suci.
Dalam kesunyian malam
Seringkali aku melihat
Dalam khusu’ engkau berdoa kepada-Nya.
Di dalam sunyi
Suaramu menggelegar
Di langit luas sana,
Menggetarkan.
Itulah doa dari seorang Ibu.
***
Tak Pernah Beristirahat
Di atas tempat tidurku
Kau mengasihi
Di dapur,
Kau koki terbaik
Di mana-mana
Kau dokter terhebat
Tak pernah beristirahat
Di luar,
Kau melatihku
Di taman,
Kau pelindungku
Di sekolah,
Kau penjagaku
Tak pernah beristirahat
Aku tak pernah menyadari
Semua yang kau lakukan
Banyak sekali,
Kini izinkan aku,
Mengatakan cinta padamu
Cinta yang sangat tulus
Terimakasih atas semuanya, Bu
Kerja keringatmu di setiap waktu
Merawat dan menjagaku
Tak pernah lelah
***
Jauh Jarak Tetap Kau Tempuh
Jarak ini terlalu jauh,
Antara kenyataan dengan impian.
Tetapi
Engkau tetap menempuhnya.
Tak peduli berapapun jauhnya;
Tak peduli berapapun sulitnya.
Engkau tetap percaya,
Bahwa suatu hari nanti
Perjuangan ini akan bertemu dengan kenyataan.
***
Aku Mengerti
Ketika aku kecil,
Ketika aku muda,
Aku tak pernah mengerti
Dengan semua yang kau tuturkan
Aku tak pernah mengerti
Atas semua pengorbananmu
Kau memberikan pelajaran hidup
Hingga aku tumbuh dewasa
Tapi aku mengerti
Sejak awal cintamu tak berujung
Dari dalam lubuk hatimu
Aku ingin meyakinkan
Bahwa aku menghargaimu
Atas semua yang kau beri
Aku sayang Ibu
***
Engkaulah Peneduh Hatiku
Kadang hidup ini
Seperti padang pasir. Panas dan gersang.
Kadang perjalanan ini
Meletihkan dan melelahkan.
Tetapi di sanalah
Aku selalu menemukan peneduh jiwa.
Itulah engkau Ibu!
***
Kau Menguatkanku
Aku tak bisa berkata
Rasa syukur ini
Setiap hari setiap waktu
Kau habiskan bersamaku
Peluk dan cintamu menuntunku
Bijaksanamu membangunkanku
Cintamu tak pernah surut
Ketika aku lemah,
Kau selalu menggenggam tanganku
Agar aku kuat menjalani hidup
Terimakasih bu,
Kau selalu menataku
Mengarungi waktu demi waktu
Kau selalu terjaga
Hingga sampai kini
Kau selalu membenarkan kesalahanku
Kau selalu mengembalikanku menuju kebeneranan
Maafku selalu kau terima
Hingga aku tak bersedih
Terimakasih Bu
***
Masih Kuingat
Masih kuingat pelukan hangatmu,
Seolah baru saja kemarin.
Engkau mengantarku ke sekolah,
Dan menyeka air mataku,
Saat aku menangis.
Ibu,
Masih kuingat semua itu,
Seolah baru saja kemarin.
Kini aku rindu,
Rindu pada pelukan,
Kehangatan, dan kasih sayangmu.
***
Doaku Menyertaimu
Ibu,
Kau adalah cerminku
Kata-katamu menggema di telingaku
Kau bagai sinar rindu
Tak pernah terganti
Kau hanya satu Bu
Aku tak pernah berpikir
Bagaimana caraku berjalan
Bagaimana caraku tersenyum
Aku adalah kau Ibu
Impianku terwujud karenamu
Harapanku kau lukis dan kau ikat
dengan simpul kasih
Aku begitu kuat karenamu
Ibu,
Kau memberiku jalan
Kini kuberikan jalan untukmu
Menuju surga
Karena semua ajaranmu
Karena semua cintamu
***
Cinta Ibu
Kau ajarkan aku tentang cinta
Cinta pertama dalam hidupku
Sejak aku di alam kandunganmu
Sejuta kasih kau suap di mulutku
Kau adalah sosok sahabat tiada tara
Pengorbananmu tak mampu kuucap
Dengan kata-kata
Pahlawan pertamaku dalam nafasku
Nyawaku terlindung berbalut cintamu
Tiada tara Tiada kata
Itulah pengorbananmu
Tak bisa menceritakan tentang kisahmu
Ibuku
Kaulah sahabat Cintaku
Mengalir kasih pertamaku
Doaku menyertaimu
***
Bagaikan Cahaya Bulan
Ibu
Cintamu bagaikan cahaya bulan
mengubah sesuatu yang sangat kasar menjadi keindahan,
sehingga jiwa-jiwa kecil yang masam
saling mencerminkan satu sama lain dengan samar
seperti cermin yang retak
Melihat rohmu yang bercahaya
refleksi dari diri mereka
Dimuliakan seperti di dalam sungai kecil yang bersinar,
dan mencintaimu apa adanya.
Engkau tak lebih banyak tergambar di pikiranku
daripada kilauan
Aku melihatmu dalam sinar
pucat seperti cahaya bintang di dinding abu-abu
lenyap bagai cerminan angsa putih
berkilauan di air yang beriak
(Lola Ridge, Ibu)
***
Perempuan Itu
Perempuan yang bernama kesabaran
‘pabila malam menutup pintu-pintu rumah
masih saja ia duduk menjaga
anak-anak yang sedang gelisah dalam tidurnya
Perempuan itu adalah ibuku…
Perempuan yang menangguhkan segalanya
bagi impian-impian yang mendatang
Telah memaafkan setiap dosa dan kenakalan
anak-anak sepanjang zaman.
Perempuan itu adalah ibuku…
Bagi siapa Tuhan menerbitkan matahari surga
Bagi siapa Tuhan memberikan singgasana-Nya
Dan dengan segala ketulusan
ia membasuh setiap niat busuk anak-anaknya
Dia adalah ibu…
(Arifin C. Noer, Perempuan Itu Adalah Ibuku)
***
Surat Kecil untuk Ibu
Jikalau waktu ku tak dapat bahagiakan mu
tak perlu resah dan gelisah
Anak-anakmu selalu mendoakan mu
waktu ku yang tak lagi panjang
Akan sirna ditelan lapuknya usia
tubuhmu yang renta masih sanggup menopang ku
Kan ku genggam erat jari-jemari mu
sampai jantung ku berhenti berdetak
Maafkan ku yang pergi lebih dulu
diriku tak lagi sanggup menopang berat tubuh ku
Hingga detik- detik kepergianku
nafas yang telah berhenti
Jangan menangis ibu..
ku tak sanggup melihat tetesan air matamu
Terjatuh membanjiri jasadku
ku tunggu ibu di surga-Nya
Kan ku pinta agar ibu mendampingiku
disertakan kebahagiakan tiada tara
Cinta kasih dan doa mu selalu menyertaiku
Surat Kecil untuk Ibu – oleh Diyan Fitrianti
Jakarta
***
Muara Kasih
Kaulah muara kasihku..
Tempat ku berkeluh kesah, mencurahkan isi hatiku
Kau tempatku mengadu tatkala aku ketakutan
Kau bak sutra yang indah nan lembut
Membelaiku penuh cinta dan kasih
Kaulah pahlawan ku..
Menjagaku tanpa letih hingga ku terlelap
Lindungi aku tanpa henti entah siang ataupun malam
Bersamamu aku merasa damai
Kau dekap aku dengan ketulusan
Memelukku dengan sinar kasihmu
Membalut luka dan ketakutanku
Tak ada tempat sebaikmu..
Tiada makhluk semulia hatimu
Kau takkan terganti meski waktu berhenti berputar
Takkan pula luntur meski waktu dimakan zaman
Kaulah muara kasih terindah..
Cinta kasihmu takkan lekang oleh waktu
Meski bibir ku tak mampu beruncap
Percayalah Bunda..
Sarangheo, aku menyayangimu selalu
Sekarang, esok dan selamanya
Happy Mothers Day:-)
Muara Kasih – oleh Ida Ayu Sri Widiyartini
***
Puisi ibu – Dia
Cahaya bersinar selalu terlihat diwajahnya
Kesabarannya bagaikan lautan yang luas
Pengertiannya bagaikan sosok sahabat
Ketulusannya tanpa pamrih
Dia, orang yang selalu membuatku nyaman
Dia, orang yang selalu menemaniku
Dia, orang yang takkan pernah mengeluh karena kenakalanku
Dia, orang yang tak pernah letih merawatku
Tuhan, aku sangat menyayangi dia
Tuhan, aku sangat mencintai dia
Kekuatan cinta kasihnya begitu besar
Hingga di saat ku jatuh hanya dia yang bisa menguatkanku
Dia sudah banyak berkorban
Dia begitu kuat dan tegar
Dia yang telah meneteskan banyak darah untuk hidupku
Dia menuntunku hingga saat ini dengan cahaya kasihnya
Tuhan, aku menyesal membuatnya selalu bersedih
Tuhan, aku salah untuk saat ini membuatnya menangis
Tuhan, aku selalu berdoa untuk dia
Tuhan, maafkan aku selalu membuat dia kecewa
Ya Tuhan, dia adalah ibuku
Berikanlah kesehatan selalu untuk ibuku
Berikanlah waktu untuk ibuku, aku ingin dia selalu berada di sampingku
Biarkanlah aku tumbuh, aku ingin membahagiakan ibuku
Dia – oleh Fransisca Melani
***