Puisi Ibu Sedih Kangen Kasih Sayang Ibu Yang Mengharukan
Puisi Ibu Sedih Kangen Kasih Sayang Ibu Yang Mengharukan
Source : pantuncinta2000.blogspot.com
Sedih Hatiku Mengenangkanmu, Bunda
Dan ketika mentari telah turun ke ufuk senja, dan cahaya keemasan turun laksana gaun. Maka di sanalah hatiku pedih mengenangkanmu Bunda.
Engkau,
Yang begitu hebat dalam berkorban,
Yang menyeka air mata ketika bersedih,
Dan berjuang di setiap keadaan,
Kini telah pergi dari sisi kami.
Bunda.
Tidakkah engkau lihat kini anakmu telah tumbuh besar seperti yang Bunda cita-citakan.
Ia telah tumbuh menjadi lelaki pemberani, kuat, dan sekaligus penuh dengan kasih sayang. Dan selalu mengingat setiap petuah darimu, Bunda.
...agar senantiasa menolong kepada sesama.
Ketika Gerimis Turun
Ketika gerimis turun,
Dan kaki-kakinya menari laksana bidadari,
Maka kenanganku bangkit dari kepulasan tidurnya.
Kenangan itu mengajaku
Untuk mengingat dan mengenang wajah teduhmu, Ibu.
Aku ingat waktu kecil dulu.
Ketika hujan turun dalam syahdu,
Kulemparkan pandaganku melalui jendela ini ke kolam kecil di belakang.
Dan di saat itulah
Engkau datang dengan senyuman terindah yang pernah kulihat.
Sembari membawa sepiring makanan kecil.
Lalu sambil menyuapi, engkau mengisahkan sebuah dongeng yang aku lupa tentang apa.
Yang tidak pernah aku lupa
Bahwa betapa bahagianya hatiku saat itu karena aku memiliki ibu sepertimu.
Ada Yang Kurang Pada Lebaran Tahun Ini
Biasanya rumah ini
Dipenuhi dengan kehangatan
Ketika semua kakak dan adik berkumpul.
Karena kami akan datang kepadamu
Sembari bercerita ini dan itu
Biasanya di dapur ini
Aku begitu bahagia membantumu ibu,
Memasak opor ayam ataupun membuat ketupat.
Namun lebaran tahun ini
Rumah ini terasa begitu sunyi walau kami berkumpul seperti biasanya.
Tanpamu Ibu,
Rumah ini seperti kehilangan ruhnya.
Sunyi. Sepi.
Hanya Doa Untukmu
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan.
Ketika kami datang kepadamu
Dan berkumpul semua keluarga.
Setelah satu bulan berpuasa,
Saatnya hari raya telah tiba.
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan.
Saat kami sibuk menyiapkan
Baju baru untuk dikenakan.
Dan membagikan sebagian
Rezeki yang telah diberikan.
Tapi hari ini,
Segalanya terasa sunyi.
Ada yang kurang dari kebahagiaan ini.
Ya, saat engkau telah pergi meninggalkan kami, semuanya terasa berbeda.
Ibu,
Hanya doa untukmu,
Yang bisa kami berikan,
Di hari raya ini.
Pergimu Tiada Kembali
Hari-hari telah berlalu,
Menjemput usia kita hingga ke ujung.
Seperti bunga;
Ia kuncup, mekar, kemudian layu dan jatuh ke Bumi.
Begitu pula dengan usia,
Tak ada satupun yang kekal di dunia.
Kehilanganmu begitu menyedihkan.
Karena engkau merupakan pintu,
Dari pintu-pintu kebahagiaan yang Tuhan kirimkan.
Pergimu tiada kembali
Hilangmu tiada pernah terganti.
Rindu Pada Segalanya
Ibu
Aku rindu pada:
tatapan teduhmu
nasehatmu
marahmu,
kasih sayangmu,
Ibu
aku rindu pada:
Masakan sederhanamu,
Omelanmu saat aku terlambat,
Keberanianmu membelaku,
Pengorbananmu untuk keluarga.
Ibu
Aku rindu padamu,
Rindu pada segala tentangmu.
Jangan Pernah Lepaskan
Hari ini
Angin berdesau dengan lembut,
Udara terasa sangat ringan dan segar,
Dan sang surya menurunkan kehangatan.
Betapa indahnya.
Ketika burung bernyanyi riang,
Berkicau seolah dunia ini adalah keindahan.
Akan tetapi,
Rasanya tak pernah lengkap
Bila tiada ibu di sisiku.
Saat Itulah Aku Membutuhkanmu
Saat sakit,
Ibu adalah orang pertama yang bersedih,
Yang sabar merawat, menjaga, dan memberikan semangat.
Saat aku bersedih,
Ibu adalah orang pertama yang mengetahuinya,
Meskipun aku menyembunyikan sebisa mungkin.
Dan ia akan memberikan kedamaiannya untukku.
Saat aku bersalah,
Ibu mungkin memarahiku,
Meskipun begitu ia selalu memaafkan.
Kepergian
Selamat jalan Ibu.
Kata-kata mana lagi yang dapat kuucapkan di tengah kesedihan ini.
Kesedihan ini begitu mendalam.
Kepiluan ini begitu menghujam.
Tak ada lagi kesempatan
Untuk mendengarkan perintahmu,
Menuruti keinginanmu.
Hanya sesal
Yang menyesakan dada,
Mengapa dulu aku tak berbakti kepadamu.
Kau Maafkan Diriku?
Bagaikan terkurung
Di dinding karang.
Tiada pintu tiada jalan.
Hanya kesedihan dalam hidupku,
Semenjak engkau meninggalkanku.
Hanyalah sesal
Terus membayang.
Mengiringi setiap detak jantungku.
Mengapa dulu ku tak pernah menurutimu.
Agar menjadi anak yang berbakti.
Teringat lagi
Dalam kenanganku.
Saat kau memarahi diriku,
Namun tak juga kusadari salahku.
Berurai air mata di hadapanku,
Dan kini...
..ibu!
Maafkan lah diriku.
Aku yang salah, aku yang tak mengerti kasih sayangmu.
Maafkanlah diriku,
Maafkanlah anakmu ini.
Puisi Kangen Ibu
Di sini
Di kamar ini.
Kutuliskan syair puisi indah.
Untuk kukenangkan.
Sebuah memori
Yang selalu hadir di dalam hati.
Teduhnya
Senyuman manismu.
Tak pernah hilang dalam ingatanku,
Rindu dan selalu rindu,
Sepanjang hayat sepanjang hidupku.