Puisi RINDU Untuk Orang Tersayang #7

Puisi RINDU Untuk Orang Tersayang #7

Source : pantuncinta2000.blogspot.com

Puisi Jatuh Hati

 Seorang gadis Palestine yang melepaskan pandangannya ke laut. Hidup di antara cinta dan perjuangan. 

Dari mana datangnya rindu? Bisa jadi dari sebuah hati yang merasakan jatuh cinta.
Ketika jatuh cinta, ada begitu banyak rasa. Seperti kembang-kembang, dari bunga-bunga yang tumbuh di taman.

Beraneka rupa. Bermacam-macam warna.

Dan ketika seseorang jatuh hati, di sanalah ia mulai merasakan kegalauan. Hidup di antara kebahagiaan, harapan, kecemasan, bahkan bisa jadi kekecewaan.

 

1. Jatuh Cinta Lagi

Hari ini
Aku jatuh cinta lagi.

Pada seorang
Yang mungkin indahnya


Bagai bidadari.

Dia memiliki senyuman
Yang pesonanya hanya
Dipunyai oleh gadis-gadis berhati baik.

Dia laksana mata air,
Yang mengalirkan berbagai inspirasi.

Hingga kata-kata tersusun menjadi puisi,
Kalimat tersusun menjadi syair pujangga.

Hari ini.
Aku jatuh cinta lagi.

Pada seorang gadis
Yang tatapannya penuh pesona.


2. Cintaku Untuk Kamu

Jika tiba masanya,


Kan kuberikan segenap cinta,
Untukmu pilihan jiwa,
Cinta abadi untuk selamanya.

Jika sudah jatuh cinta,
Kan kuiringi dengan setia,
Agar kekasih rasa bahagia,
Menjalani hidup bersama-sama.

Cintaku ini
Untuk kamu.

Bukan hari ini.
Tapi nanti.

 

3. Mencintaimu Begitu Saja


Aku ingin mencintaimu


Dengan begitu saja.

Seperti hujan yang menitik,
Sungai yang mengalir,
Atau seperti pagi yang tiba-tiba datang.

Karena sesungguhnya
Pesona amatlah besar.

Hingga tak perlu
Kecuali jatuh cinta, dengan begitu saja.


4. Mudahnya Mencintaimu

Mudahnya mencintaimu
Seperti gerimis di waktu senja
Yang mencipta pelangi indah.

Mudahnya mencintaimu,


Seperti lautan dan ombaknya
Bergulung sepanjang waktu,
Kemana pula hendak berpisah.

Mencintaimu amatlah sederhana
Seperti hening di tengah malam
Ia hadir tak diminta.


5. ILALANG (2016)


JAKARTA,
3 Maret 2016
08.00
Shaqina Said

Hangat menggulung rerumputan, dan–
kering menyisir padang, yang–
membentang,


memohon tetesan
kuning matahari

Daun-daun memohon ampun
Angin menadah benih, ikhlas
ke tanah manapun yang penuh belas–
di bawah awan yang rela terperas demi menitikkan butir-butir
pengampunan

Jiwaku lapang
penuh ilalang, yang–
tak mau tahu
membunuhi asaku

Jiwaku hangus
tersiram bara, dan–
teraup hara–
tercekik haus
mampus
di padang ilalang



Jiwaku raya-raya
Sudah lupa asa,
keras kepala
membentang–
Tak mau tahu mati
dan tumbuh berkali-kali
lagi–
menyibakkan ilalang