Puisi Roman Picisan Tentang Ayah
Puisi Roman Picisan Tentang Ayah
“Tuhan
Pedih ini mengoyak hati
Karena kurobohkan kebahagiaan bapak
Menjadi luluh lantak
Bulan purnamaku pun
Di balik awan tak nampak
Tuhan
Teguhkan hati ini
Agar aku raih lagi senyuman
Di wajah bapakku
Dan tetap jalani romansa
Bersama bidadariku”
“Pak
Engkau setangguh beruang
Sekeras batu karang
Engkau sering membuatku takut
Kau buat hatiku ciut
Tetapi
Hari ini aku lihat air matamu
Engkau hadirkan kata maafku
Sekejap engkau telah menyatukan retak
Menyiram hati yang luluh lantak”
“Wahai sahabatku
Jujur aku cemburu
Melihat kamu bermesraan di depan mataku
Bersamaan dengan wanita idamanku
Mungkin tuhan ingin mengujiku
Menguji keiklhasanku
Supaya rela wulan, bersamamu”
Puisi Roman Picisan Tentang Rindu
“Tentang rindu yang mengusik
Biarlah ini menjadi tanggung jawabku
Pagi biarkan memburu senja
Senja biarkan merangkul malam
Karena waktu tidak akan mampu menyapu rinduku
Tapi kamu
Kamu adalah tujuan”
“Jarak ini memeras rasa
Menguji cinta yang tidak aku biarkan binasa
Aku punya setia
Diriku punya rindu yang membara
Aku tumbuhkan cinta diatas suka cita
Yang indahnya
Yang menjadi sejarah paling indah
Untuk kita”
“Seandainya hati ini bisa dituliskan
Entah berapa juta kata berisi namamu
Seandainya rindu ini bis adi gambarkan
Entah sudah berapa ratus lukisan
Gambar wajahmu
Kita memang berjauhan
Namun percayalah
Ini hanyalah jarak
Bukan hati”
“Tentang rasaku
Yang sederhana
Hanya ingin
Tidak berpisah lagi
Namun kenapa awan mendung
Menghiasai indahnya langit
Kenapa
Mentari menarik diri beri hangatnya lagi
Kenapa semesta mencari celah untuk menghalangi”
“Ada apa dengan bidadariku
Dia sambut rinduku dengan sembilu
Hatiku sakit
Duniaku menjerit
Di hari lahirmu
Engkau membuatku nelangsa
Hingga membuatku diam
Terpaku tak berdaya
Bulan purnamaku
Kenapa engkau biarkan aku
Tersesat dalam diam yang rumit”
“Biarpun jarak membentang
Mata tidak bisa saling memandang
Aku biarkan kata-kata berkelana
Menembus hati yang jauh
Menghapus
Semua air mata yang jatuh”
“Cukup mengagumimu saja
Aku sudah bahagia
Apalagi bisa memiliku
Betapa indahnya dunia ini
Jika kamu dan aku
Bisa bersatu
Dalam satu cinta”
“Untuk rindu
Jangan terlalu
Menggebu-gebu
Nanti juga waktu akan
Berlalu
Dan kamu akan ada disisiku”
“Kita enggak berani untuk ungkapin, kita Cuma berani
Untuk melihat, jadi, dimulut itu kita bilang apa lo?
Namun, di hati gua happy ketemu elu”
“Baik kehidupan sekarang maupun
Kehidupan selanjutnya, aku cuma
Ingin mencintai satu nama saja
Yaitu kamu”
“Rindu, hujan seakan tahu aku sedang
Merindum, meski harapku
Berakhir kecewa”