Sajak-sajak Terbaru dan Terbaik Nanang Suryadi #3
Sajak-sajak Terbaru dan Terbaik Nanang Suryadi #3
Source : nanangsuryadi.blogspot.com
aku adalah cahaya, di dalam mimpimu
kumasuki negeri-negeri asing, di mana entah, mungkin dalam kepala yang menyimpan dongeng,
kita adalah para pendongeng, yang menyimpan ingatan, sekecil apapun peristiwa,
terkalah dimana akan berakhir cerita, terkalah, hingga dipahami segala, mungkin mimpimu menjelma
aku ingin mendongeng untukmu, dongeng yang entah, dongeng yang tak pernah ada, hingga kau takjub
mungkin tentang engkau yang menelusur jalan ke cakrawala, membusurkan harap ke bintang-bintang yang jauh,
aku ingin dongeng yang selalu berbahagia, mungkin bunga-bunga mekar, atau cuaca yang selalu cerah ceria, katamu
mari, aku dongengkan tentang malam yang pekat, dan setitik bintang, terang yang nyata di kelam langit
sebutir bintang di langit yang hitam, cahayanya sampai di matamu, mungkin rindu yang diisyaratkan, dari balik waktu
dari balik waktu, dari bilik waktu, merambat cahaya secepat cahaya, ukurlah jarak rindu terjauh,
cahaya yang berbeda, cahaya yang hanya ada di dalam sebuah mata, penuh cinta
mari kita tafsirkan isyarat, kerdip cahaya, bintang di kejauhan: bunga-bunga yang mekar, wewangian murni, harum tubuhmu
jangan lekas tertidur, dongengku belum selesai, atau mungkin kau bosan? mendengar dongeng di dalam kepalamu sendiri
penunggang cahaya, pangeran yang merindu cahaya mata, mengisyaratkan rindu, dengan titik debu bintang, kerdip yang sampai
di matamu cahaya berenang-renang, kesenyapan yang menghisap segala kenang, dari balik waktu, dari bilik waktu, cahaya
dan aku adalah cahaya, di dalam mimpimu, yang mendongeng malam ini, untukmu
Malang, 5 Mei 2011
Langit Hitam
langit hitam, langit hitam, bintang bersemayam
langit malam yang hitam, bintang kecil berkelip di kejauhan
malam beranjak malam beranjak dalam diri merangkak kelam ke dalam hitam ke dalam kelam langit hitam
Malang, 4 Mei 2011
Akulah Syair, Dirimu Sendiri
aku adalah syair, lukamu sendiri. kau baca diriku, kau gali kenangmu sendiri.
aku adalah syair, sepimu sendiri. kau eja aku, kau bertemu dirimu sendiri, yang sepi, yang hampa, membelah malam dalam diri.
akulah syair, airmatamu sendiri. mengalir aku, di dalam hariharimu yang tawa yang tangis yang suka yang duka.
akulah syair, dirimu sendiri
Malang, 4 Mei 2011
PELAJARAN MEWARNA
aku memilih warna hijau untuk warna langit. langit demikian hijau. sehijau mimpiku. seperti juga laut yang hijau.
aku memilih warna biru untuk gambar daun dan rerumput yang tumbuh di halaman. warna yang kuambil dari sebalik kenang
Malang, 22 April 2011
aku sakit, kata bumi, kau tak menjenguk dan merawatku?
bumi yang demam mengigau memanggil manggil
dalam gigil bumi tak ingin kehilangan pohon pohon yang kerap memeluknya hangat dan akrab
dalam gigil bumi berteriak menderaskan keringat lava, menggempa gempa, melongsorlongsor, membanjirbanjir
aku sakit, kata bumi kepadamu: kau tak menjenguk dan merawatku?
Malang, 22 April 2011
Hanya Airmata yang Berkata
di puncak sedih atau gembira, di puncak suka atau duka, kau tahu hanya airmata yang bisa berkata leluasa
kesedihan adalah kegembiraan, di keping yang sama, keping kehidupan
aku tak bisa mencegahmu bersedih, karena dengan kesedihan kau mengenal kegembiraan
Malang, 25 April 2011
aku ingin mencium sembab mata
aku ingin mencium sembab mata, agar kutahu asin airmata, yang kau katakan sebagai cinta
di danau airmata aku pernah tenggelam, mencari dirimu, mencari dirimu
biarlah aku tanggung luka, jika sebenar-benar cinta di dalamnya. biarlah kutenggelam dalam airmata, jika kutemu makna sesungguhnya
dari langit jiwamu aku rengkuh kesenyapan. airmata yang mencari diriku sendiri.
Malang, 25 April 2011
Jika
jika dada penuh amarah, hanya airmatamu yang dapat mengembunkannya
jika cinta hilang arah, hanya tatap matamu yang menunjukkan jalan pulangnya
jika malam membenam pekatnya, hanya cahaya cintamu yang terus menyala
jika huruf huruf kian memburam, hanya kata cintamu yang mempertegas maknanya
jika sepi kian mengapi, maka engkau menjelma cinta tiada henti
jika hari hari dilumat penat, maka engkau tawarkan lelah segera istirah
Malang, 27 April 2011
Satu Mei, Hantu hantu bergentayangan
sebuah sekrup menyatakan cinta, pada mesin yang tabah menyala 24 jam
sebutir keringat berpendar di bawah cahaya lampu, di pabrik itu, masihkah ada cinta yang dikatakan
mungkin kita bukan penghafal sejarah, ada apa di bulan mei? kata kata menderu dari pabrik: upah, upah
di kota ini, mungkin tak ada yang tahu, ada yang bilang: hantu hantu bergentayangan
berapa harga keringat & airmata? asinnya yang bisa bercerita
Malang, 1 Mei 2011
Telah Diajarkan
telah diajarkan makna kehidupan, telah dididik seluruh pemahaman tindakan, memberi manfaat, membawa nilai di dalam alam semesta
bersabarlah dalam proses. bersungguh-sungguhlah! seperti ulat di dalam kepompong, tak tergesa: kupu-kupu cantik terbang pada saatnya
Malang, 2 Mei 2011
Para Perindu
para perindu menguntai kata, menerjemah luka, cinta yang tak terhingga
para perindu menari-nari, tariannya meliuk ke langit tinggi, bersama awan putih, cahaya benderang
para perindu mendendangkan lagu, memawarkan hati yang memar, menawarkan hati dengan cinta
para perindu, berjalan di jalan yang gaduh, tapi demikian sunyi langit di jiwa, ingin bertemu, berjumpa dengan-NYA!
Malang, 2 Mei 2011
Doa Yang Membusur
lunaskan mimpimu malam ini, hingga puisi tak menghantu lagi, sebagai sajak yang meminta hidupmu
membusurlah membusur hingga lesat mimpimu ke bintang bintang jauh
doa dalam diam, gemuruh memekik dalam dada
doa doa melindap, lalu senyap
adalah doa doa yang kita bisikkan, dan langit mengaminkan
terpejamlah terpejam rasakan keheningan doa doa
Malang, 2 Mei 2011
Sajak Doa Bahagia Mencinta
di embun sajak, ada yang menata usia, baris baris yang ingin mengekal
ada yang sempat mencuri isyarat, di langit meluncur bintang jatuh, mungkin engkau yang penuh harap
jangan buang kesempatan! untuk mencinta sepenuhnya. karena waktu, bukan milik kita, hanya cinta
di segala kesempatan, berdoalah kebahagiaan, bagi hidup kita, selamanya…
Malang, 3 Mei 2011
kita merentang usia
kita merentang usia, ciuman-ciuman yang tak habis, hingga nanti,
hingga waktu menyerahkan pada detaknya yang diam, hingga kata tak perlu lagi bersuara lagi,
aku mencintaimu, seperti engkau mencintai diriku, karena aku dan engkau adalah jiwa yang sama, disatukan cinta yang maha
telah dijejakkan pada waktu, telah ditandakan pada waktu, telah digoreskan pada waktu, namamu namaku, nama kita yang saling mencinta
kemana kita akan pergi? kita berpelukan. pelukan yang saling menguatkan. jalan hidup yang terlalu rumit, menakutkan dalam kesendirian
mungkin ada yang tak perlu dikatakan, saat tatap matamu menatap mataku yang sedang menatap matamu, saat ciuman telah mewakili segala kata
Malang, 2 Mei 2011
aku ingin sembunyi
aku ingin sembunyi. seperti kura-kura. meringkuk di rumah kecilku.
aku mengunci diriku sendiri. ingatan yang bikin letih.
datang dan pergilah segala sesuatu. ucapkan salam bagi diri sendiri.
tak perlu kau risau. basa basi yang tak perlu. biar semua bergalau sempurna. nyeri dan hampa di puncak sepiku. sendiri
segala mengabur. segala menghablur. huruf-huruf berhambur.
waktu. waktu. waktu. merajamku.
seperti kura-kura. aku ingin tidur. di rumah kecilku. biarlah kancil berlari. mengejar bayangnya sendiri.
bayang yang selalu menjauh. bayang yang berlari. ke kelampauan. ke harapan. yang rapuh.
aku mengaduh. dan tak akan pernah kau dengar. aduhku demikian gemetar. demikian samar. tak terkabar.
aku terbakar debar!
MENAPAK KE ARAH SENJA
hidup yang menapak ke arah senja, hidup yang menghabiskan seluruh airmata, sampaikah rindu pada cintaku?
kabarkan pada daun-daun yang luruh, cinta paling mendalam tanah yang basah, selepas hujan, angin telah mempertemukan
kabarkan pada burung-burung yang akan pulang saat senja, sarang yang hangat dan cericit rindu penuh gigil memanggil
aku telah melewati segala senja, senja yang selalu meminta sajak cinta, jemariku menari, mengabadi kata
mungkin engkau sempat mencatat, dari butir-butir hujan, ada yang tak sempat diungkap rahasia rindumu padaku
mungkinkah hujan adalah rindumu padaku, bisik tanah basah kepada awan yang menghitam, di langit yang sedang bersedu sedan
di lelambai pohonan adakah isyarat rindumu, sebagai gumam, sebagai bisik, angin gemerisik
Malang, 2011
Maha Rahasia
aku adalah airmata di gelombang rahasiamu. setiap kali airmata ternganga menerka, apa yang menjadi kehendak, isyarat cintamu
aku ingin terus menjadi kekasihmu, yang tak pernah meragukan cintamu, walau gelombangmu kabarkan luka dan airmata
selalu saja teka teki yang tak terterka, engkau demikian kukuh dengan tabir rahasia, o maha rahasia!
PERTAPA BATU
:amatlah sabar, rakyatmu indonesia
demikian lambat, gerak di lintasan waktu, adakah yang melintas demikian penuh rindu, sepenuh rindu, hingga waktu terdiam, tak bergerak
masihkah kau ingin membisu, merahasiakan sesuatu, semacam rindu, atau cinta yang kau simpan diam-diam di dalam hatimu itu, atau amarah yang terpendam
mungkin engkau ingin serupa batu, membisu di dalam sungai, menunggu lumut kan datang, hingga tangan berpalu memukulmu
kau memang serupa batu-batu, membisu dan membisu, walau demikian keras palu memukulmu, tak ada aduh, sungguh, kau memang batu
Malang, 29 Maret 2011
BAGI PARA PEMBENCI DAN PENDENGKI
telah aku kabarkan cinta, tapi kau menolaknya. karena sungguh batu hatimu membatu. bebal yang dungu!
gundah yang membakarmu. adalah neraka yang kau cipta sendiri. membakar hariharimu dengan benci. dengan dengki.
BAGI ENGKAU YANG DIBAKAR API CEMBURU
cemburu telah membakarmu, kau tahu. api yang menjela, membuat cintamu mengabu
telah disayat luka, sepanjang garis takdir, silam atau masa depan yang ingin kau jenguk di langit yang jauh, surga merapuh dalam dada
mungkin ingin kau eja dari bintang bintang yang memeta, zodiak atau shio, weton kelahiran, segurat garis tangan, perjodohan, cinta, kematian
lalu engkau bertanya: apa salahku? menatap langit tanpa kedip. menatap marah pada kehendak takdir.
segala memang rahasia, segala memang tanda tanya, jawab hanya terminal perhentian sementara
selamat malam, langit yang lengang tak pernah menjawab, hanya sepi dan kerdip cahaya bintang, di kejauhan
Menanti Pagi Hari
menyapa embun, menunggu cahaya matahari, berpendar di dedaunan basah
kabarkan, masih ada cinta pagi ini, semesta yang terluka, berilah senyuman
di kemurnian udara, di kemurnian cinta, setulus jiwa, pancarkan jiwa yang semangat berderap, menjangkau cakrawala
pagi adalah harap, doa yang terucap, hari yang penuh cahaya gemerlap, cinta yang tak habis harap
Malang, 11 Maret 2011
MASIHKAH
masihkah berharap tepuk tangan riuh, sedang hanya sunyi yang selalu menanti
masihkah berharap segala puja puji, sedang engkau gamang di puncak tertinggi
masihkah berharap untuk terus dihormati, sedang kehormatan ada di dalam hati nurani
Malang, 9 Mei 2011
MALAM
segala yang kau kenang, segala yang membayang, serupa malam menjulurkan tangannya, menarikmu ke dalam samar impian,
mungkin ada yang ingin mengetukngetukan jemarinya, serupa waktu mengetukngetuk ke dalam kepala, hingga impian terjaga
karena sunyi adalah kenangan yang memuai, biarkan malam mengembunkan dalam mimpimu
biarlah sunyi tak terbagi, milikmu cuma! karena sebenar sunyi, diri telanjang, menari nyeri
9 – 10 Mei 2011
ISYARAT BULAN
hanya penyair, yang melewati malam, dengan bulan separuh, menyabit langit, menafsir isyarat cahaya
hanya penyair, yang menafsirkan isyarat bulan, gelap terangnya, pasang surut air laut, bicaralah bulan pada kami, bicaralah tentang arti
bulan menyabit, bulan separuh di langit, bulan yang tak ingin bicara padamu, selain kepada penyair, yang dirindu bulan, dirindu cahayanya
Malang, 9 Mei 2011
MATAHARI
debu matahari, bercak matahari, demikian hijau matahari, menyembur nyembur. o corona. o corona
magnet. gelombang. berputar matahari. berputar seperti gasing berputar. o ledakan besar!
badai matahari. badai yang sampai. meledak di langit yang jauh. sampai di detak detik jammu. o ilmu pengetahuan!
Malang, 9 Mei 2011
SAJAK CINTA YANG INGIN KUTULIS SORE INI
sajak cinta yang ingin kutulis sore ini, adalah sajak yang mengabadikan cerita-cerita kecil, tentang kita
ingatan tak selalu tentang peristiwa besar, karena hal-hal yang remehlah kita merasa berarti
ingatlah saat kita berjalan, di bawah panas matahari, di saat tubuhku gigil ngilu terkena flu, tetapi bahagia, di sampingmu
di jalanan yang panas, debu dan angin menampar, bibir pecah pecah, ah hanya cinta yang tak membuat lelah
bersama, kita belajar untuk tabah, menjalani hari-hari yang yang garang, tapi cinta sanggup menahan segala yang menantang
dunia kita adalah dunia yang kita beri makna sendiri, dengan rasa percaya dengan cinta yang tak pura-pura
kita belajar pada kehidupan, karena kehidupan memberi segala tanpa kita pinta
pada daun-daun jatuh, kita baca tentang keikhlasan
pada hujan yang turun kita baca kerinduan yang ingin dilunaskan
kita adalah kupu-kupu terbang riang di taman, ulat bulu yang tabah menjadi pertapa, dalam kepompong sunyi
aku tulis sajak cinta, karena kita manusia, yang ingin mengenang segala, yang tak ingin dilupa
di saat hujan, atap-atap bocor, dan kita tertawa mengepel lantai berdua
ingatlah baju-baju di dalam kardus, karena kita tak punya lemari
ingatanku berloncatan: bayangkan, kita naik sepeda berdua, di bawah hujan, seperti video klip lagu-lagu cinta
ingatan-ingatan kecil, serpihan kecil dalam hari-hari, karena bahagia adalah detik demi detik, yang kita pinta
kita memang bukan anak remaja, tapi kita punya cinta yang kita pelihara
dengan jejemari kita, disusun bata demi bata, orang menyebutnya sebagai bahagia
aku ingin kau selalu bahagia, karena hidup telah diberi makna
aku ingin menulis sajak cinta, di sore yang cerah, secerah mimpi kita
Malang, 9 Mei 2011